JAKARTA, KOMPAS.com – Perusahaan migas banyak mengalami kerugian akibat kejatuhan harga minyak, kelesuan ekonomi, dan pelemahan nilai tukar. Karena sebagian kerugian telah diasuransikan, mereka pun banyak mengajukan klaim ke perusahaan asuransi.
Menurut Ketua Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Yasril Y Rasyid, ada beberapa sektor yang menyumbang klaim risiko terbesar pada tahun 2015 lalu. Sektor tersebut salah satunya adalah sektor migas dan bidang teknik. Tidak hanya itu, beberapa nasabah besar di sektor properti pun menyumbang klaim akibat naiknya harga-harga bahan di sektor properti.
Kenaikan risiko pada sektor-sektor tersebut, kata Yasril, lebih disebabkan karena perbedaan nilai tukar. "Penyumbang terbesar di 2015 itu dari klaim-klaim di engineering, migas, dan beberapa di sektor properti. Properti (harga) bahan-bahannya naik. Engineering, banyak komoditas harus diimpor dan ada perbedaan nilai tukar. Ini yang menyebabkan kenaikan," terang Yasril dalam jumpa pers Kinerja IKNB 2015 di Jakarta, Senin (1/2/2016).
Berdasarkan data resmi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), hingga akhir Desember 2015, nilai total aset industri perasuransian mencapai Rp 803,71 triliun atau tumbuh sekitar 6,82 persen dibandingkan periode yang sama pada 2014 secara tahunan (year on year/yoy). Sektor asuransi umum dan reasuransi konvensional mencatat nilai aset Rp 132,56 triliun atau tumbuh 16,49 persen dibandingkan tahun 2014.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.