Sebelumnya, langkah menahan produksi ini bertujuan untuk menstabilkan pasokan dan harga minyak dunia.
"Saya benar-benar skeptis terhadap persetujuan ini. Menahan produksi negara-negara (penghasil minyak) tidak akan mengubah pasar yang sudah kelebihan pasokan," kata Amos J Hochstein, utusan khusus Departemen Dalam Negeri AS untuk bidang energi internasional.
Selain itu, Hochstein juga menyatakan keraguannya kepada Iran yang telah diajak berunding pula terkait penahanan produksi minyak.
Hochstein mengatakan, Iran yang kini telah bebas dari sanksi ekonomi dan politik telah berkomitmen untuk mengekspor minyak.
Dulunya Iran adalah eksportir minyak nomor dua di antara negara-negara anggota OPEC.
Iran ingin lekas meningkatkan produksi minyak untuk kembali memperoleh pasar yang selama ini hilang.
Pemerintah Iran menyambut persetujuan penahanan produksi, namun menyatakan akan menahan produksi pada level produksi bulan Januari 2016.
Harga minyak dunia sudah turun 70 persen hanya dalam waktu 20 bulan. Jatuhnya harga minyak didorong banjirnya produksi minyak hingga hampir mencapai rekor tertinggi oleh negara-negara OPEC dan negara penghasil lainnya, terutama Rusia.
Dalam upaya untuk menstabilkan harga, Rusia, Arab Saudi, Qatar, dan Venezuela telah menyetujui kesepakatan untuk menahan produksi minyak pada level produksi bulan Januari kalau negara-negara penghasil minyak lainnya melakukan hal yang sama.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.