Uang pesangon yang dia terima dari Departemen Kepolisian China hanya cukup untuk hidup selama 2 tahun di kota tersebut. Untuk itu, dia memilih keluar dari China dan mencari peruntungan di negara lain.
Chen hijrah ke Australia dan mendaftar sebagai mahasiswa di sana. Uang pesangon yang diterima, dipakai untuk membiayai studinya.
Pagi itu, dia harus segera ke Konjen Australia di Guangzhou guna mengambil visanya yang telah keluar. Untuk menempuh jarak sekitar 500 kilometer, dia memilih kereta cepat.
Chen merasa beruntung negaranya punya kereta cepat. Bukan sebuah proyek mercusuar. Namun infrastruktur itu memang sangat dibutuhkan.
Urusan maha penting bisa segera diselesaikan. Demikian juga dengan urusan visa ke Australia. Dia bisa segera merampungkan proses administrasi tanpa mengalami hambatan jarak.
"Dengan kereta cepat, kami bisa bepergian dari satu daerah ke daerah lainnya dengan lebih cepat. Produktivitas kami, warga China, juga semakin meningkat," ujarnya pekan lalu.
Dalam waktu sekitar 4 jam, dia sudah sampai di Guangzhou. Ini jauh lebih cepat jika dibandingkan dengan kereta biasa, yang membutuhkan waktu antara 10-12 jam.
Di akhir pembicaraan, dia menyatakan ikut senang bahwa Indonesia akan segera memiliki kereta cepat seperti di negaranya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanDapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Daftarkan EmailPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.