Menurut Edward, selama ini pembelian pesawat dan peralatan di Lion banyak menggunakan dana perbankan. Misal dengan sistem cicil, sewa dan sebagainya.
"Salah satu bank yang memberikan pinjaman misal bank Exim dari AS," kata Edward.
Menurut dia, mereka pendapatkan kredit ekspor yang berbeda skemanya dengan skema kredit komersial. Sebab untuk kredit ekspor dibiayai negara pengekspor. Sehingga jadi win-win solution buat Lion.
Selain itu, Lion yang sahamnya dikuasai keluarga Rusdi Kirana ini, menilai perlu lingkungan yang mendukung untuk IPO.
"Kalau kami IPO terus nggak ada yang berminat atau pasar lesu, bagaimana? Kami harus pikirkan kapan waktu yang tepat," lanjut dia.
Pada tahun ini, Lion Air akan mendatangkan 42 pesawat baru dari jenis ATR, Boeing dan Airbus.
Selain itu, hingga 2019 mendatang Lion Air berinvestasi Rp 7 triliun untuk mengembangkan bisnis perawatan pesawat di Batam, yakni Batam Aero Technic.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanDapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Daftarkan EmailPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.