Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Risiko-risiko Ini Masih Hantui Perekonomian Indonesia di 2016

Kompas.com - 15/03/2016, 14:32 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Dalam laporan terbarunya, Bank Dunia merevisi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk tahun 2016 menjadi 5,1 persen.

Bank Dunia menyatakan, risiko-risiko penurunan, baik dalam maupun luar negeri, masih terus mendominasi proyeksinya untuk Indonesia.

Ekonom Utama Bank Dunia untuk Indonesia Ndiame Diop menjelaskan, harga komoditas dan permintaan impor dunia yang lebih rendah dibandingkan perkiraan dapat semakin melemahkan pendapatan ekspor dan keuangan negara.

"Walau reformasi subsidi energi menurunkan dampak harga minyak terhadap belanja, penerimaan negara masih tetap terpengaruh secara signifikan oleh siklus harga komoditas dunia," tutur Diop di Jakarta, Selasa (15/3/2016).

Diop mengungkapkan, pendapatan migas turun secara tajam dari 3,4 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada tahun 2012 menjadi 1,1 persen pada tahun 2015. Akibatnya, rasio pendapatan terhadap PDB turun menjadi 13 persen di tahun 2015 silam.

Pada 2014 dan 2015, pemerintah mengambil sejumlah kebijakan jangka pendek, seperti penurunan tarif pajak untuk mendorong revaluasi aset dan meningkatkan penerikaan pajak.

Akan tetapi, pengaruhnya tidak cukup untuk mengimbangi penurunan pendapatan dari sumber daya alam.

"Pemerintah juga merencanakan sejumlah reformasi jangka menengah, termasuk revisi UU Pajak Penghasilan dan PPN," imbuh Diop.

Karena terdapat jeda waktu dari kebijakan tersebut dan pengumpulan penerimaan, lanjut dia, maka perubahan terhadap APBN 2016 mungkin terjadi apabila pemerintah ingin mempertahankan momentum belanja modal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com