Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IMF Prediksi Pertumbuhan Ekonomi RI 4,9 Persen Tahun Ini

Kompas.com - 16/03/2016, 08:59 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

WASHINGTON, KOMPAS.com - Dana Moneter Internasional (IMF) memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 4,9 persen pada tahun 2016.

Prediksi ini lebih tinggi dari capaian di tahun 2015 yang mencapai 4,7 persen dan lebih rendah dari capaian tahun 2014 yang mencapai 5 persen.

Menurut IMF, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terakselerasi pada tahun 2016 setelah mengalami perlambatan selama beberapa tahun.

Selain itu, belanja investasi pemerintah yang lebih tinggi dan membaiknya sentimen terhadap Indonesia dalam hal reformasi juga membantu menggenjot pertumbuhan ekonomi.

"Indonesia telah aman mengarungi tantangan yang disebabkan jatuhnya harga komoditas dan laju pertumbuhan ekonomi China yang melambat," kata IMF seperti dikutip dari Reuters, Rabu (16/3/2016).

Adapun risiko yang masih membayangi outlook ekonomi Indonesia pada tahun ini lebih banyak disebabkan faktor eksternal.

Antara lain, kondisi finansial global yang semakin bergejolak, perlambatan yang lebih dalam dialami mitra-mitra dagang sesama negara berkembang, dan pelemahan lebih lanjut dalam harga komoditas.

Oleh sebab itu, IMF memperingatkan pemerintah untuk selalu waspada. IMF pun menyatakan, kebijakan moneter Indonesia yang ketat di tahun 2015 telah membantu menjaga ekspektasi inflasi.

Namun, IMF mendesak Indonesia untuk mengambil langkah hati-hati terkait pelonggaran kebijakan moneter di tahun 2016 ini.

"Pelonggaran (kebijakan moneter) baru-baru ini tepat. Petinggi-petinggi IMF setuju bahwa pelonggaran moneter harus dilakukan secara gradual dan penuh kehati-hatian untuk menjaga stabilitas finansial, menjaga inflasi sesuai target, dan mendukung penyesuaian eksternal," ujar IMF.

IMF juga mengapresiasi langkah Indonesia dalam memangkas subsidi energi pada tahun 2015. Namun, IMF memperingatkan, harga minyak yang rendah menyebabkan penerimaan negara bisa meleset dari target.

Sehingga, perlu dilakukan langkah untuk mendiversifikasi penerimaan agar pemerintah dapat terus membangun infrastruktur dan investasi untuk menggenjot potensi pertumbuhan ekonomi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Earn Smart
Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Whats New
Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com