Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berniat Kurangi Sampah, Suami-Istri Ini Produksi Pembalut Wanita Ramah Lingkungan

Kompas.com - 20/04/2016, 07:15 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Pasangan suami istri asal Dusun Krajan Desa Wonosobo Kecamatan Srono Kabupaten Banyuwuwangi, Ahmad Fauzi dan Nila Arifah memproduksi pembalut kain sejak akhir tahun 2015 lalu.

Mereka sengaja membuat dan memasarkan pembalut ramah lingkungan tersebut untuk mengurangi jumlah sampah plastik rumah tangga.

Ahmad Fauzi kepada Kompas.com Senin (18/4/2016) menjelaskan, awalnya dia mmebaca berita tentang pembalut wanita yang mengandung klorin atau pemutih. Lalu lelaki yang juga berprofesi sebagai guru Biologi tersebut melakukan riset untuk membuat pembalut kain yang nyaman digunakan oleh perempuan saat menstruasi.

"Selain berita tentang pembalut yang mengandung klorin, saya juga membayangkan berapa jumlah yang dihasilkan dari sisa pembalut yang digunakan oleh perempuan setiap bulannya. Jika satu hari perempuan bisa berganti 3 sampai 5 pembalut per hari lalu berapa pembalut untuk satu minggu satu bulan satu tahun. Pasti jumlahnya sangat banyak dan susah hancur karena mengandung plastik," jelas Ahmad Fauzi.

Pembalut kain denga merek "menspad.org" tersebut, menurut Fauzi terbuat dari kain berkualitas seperti kain katun, kain suede, waterporf dari jassbaby serta penyerap dari mikrofiber.

"Sama sekali tidak ada bahan kimia pada pembalut yang kami produksi dan bisa di dipakai berulang ulang karena pembalut ini dapat di cuci setelah di pakai. Mencucinya juga cukup menggunakan sabun batangan. Jika dalam pemakaian wajar bisa digunakan selama empat tahun berturut jadi tidak menyebabkan sampah," jelasnya.

Sejak akhir 2015, Ahmad Fauzi dan istrinya telah memprodksi sekitar 2.500 pembalut kain. Namun tidak semua perempuan mau mennggunakan pembalut kain yang ia produksi.

Dari 10 perempuan yang dia tawari, hanya tiga perempuan yang mau mencoba beralih menggunakan pembalut kain. Alasan menolak bermacam-macam. Salah satunya ribet karena harus mencuci pembalut kain.

"Apalagi di desa mereka masih bisa membuang bekas pembalut di mana saja. Jadi kami juga memngkampanyekan penggunaan pembalut yang ramah lingkungan," jelasnya.

Untuk harga pembalut kain yang ia produksi paling mahal Rp. 25.000 dan harga paling rendah Rp 13.000.

"Jenisnya sama seperti pembalut yang ada di pasaran. Kami jamin nyaman, tidak membuat iritasi dan tidak mudah bocor. Kebanyakan kami jual secara online dan sudah melayani pemesanan dari Kalimantan, Sumatra dan sekitar Pulau Jawa," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com