Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alat Berat, Tantangan Pengembangan Tol Laut ke Indonesia Timur

Kompas.com - 28/04/2016, 17:09 WIB

KOMPAS.com - Alat berat antara lain crane yang berfungsi sebagai alat pengangkat barang dari kapal laut ke pelabuhan dan sebaliknya menjadi salah satu tantangan pengembangan tol laut ke Indonesia Timur. Adalah Direktur PT Tempuran Emas Tbk Faty Khusumo yang mengatakan kebutuhan crane itu, kemarin, usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) perusahaan tersebut di Jakarta.

Menurut Faty, pihaknya ikut serta mengembangkan tol laut yang menjadi program pemerintahan saat ini. Salah satu langkah yang diwujudkan adalah dengan memperlebar bisnis ke Indonesia bagian tikur, khususnya Papua. Tahun ini, misalnya, emiten Bursa Efek Indonesia (BEI) berkode TMAS itu bakal menambah empat rute baru. Dari jumlah itu, sampai dengan kuartal I-2016 sudah terlaksana satu rute yakni Surabaya-Makassar-Timika-Merauke. Sementara rute Belawan-Malahayati, Surabaya-Sampit, dan Surabaya-Makassar-Biak-Serui-Nabire akan menyusul.

Faty melanjutkan, di Papua, dari pelabuhan yang disebut tadi, hanya pelabuhan di ibu kota Provinsi yang memunyai alat berat crane. Lantaran hal itu, tantangan bermunculan. "Kami harus membeli kapal yang dilengkapi crane. Biayanya menjadi besar," katanya.

Tantangan lainnya adalah ukuran dermaga di pelabuhan-pelabuhan di Papua relatif belum memadai untuk kapal logistik berukuran besar. Sehingga, dibutuhkan biaya tambahan untuk memindahkan barang-barang dari kapal hingga ke dermaga.

Harga jasa

Josephus Primus Direktur Keuangan PT Pelayaran Tempuran Emas Tbk Ganny Zheng

Sementara itu, catatan dari Direktur Keuangan TMAS Ganny Zheng dalam kesempatan itu menunjukkan adanya kebijakan perusahaan terkait ekspansi ke timur tersebut. Sejak Maret 2016, TMAS memangkas harga jasa hingga 30 persen pengangkutan kapal ke Indonesia bagian timur. Sebaliknya, pengangkutan dari Indonesia bagian timur juga mendapat iming-iming tarif gratis.

Sampai dengan kuartal 1-2016, imbuh Ganny, pihaknya mencatatkan pendapatan Rp 408 miliar. Angka ini, jika dibandingkan periode sama pada 2015, turun dua persen. Kala itu, pendapatan berada di posisi Rp 413 miliar.

Dalam RUPST itu, manajemen TMAS juga menetapkan laba bersih tahun buku 2015 sebesar lebih dari Rp 317 miliar. Dari jumlah itu, sekitar Rp 47,5 miliar dibagikan sebagai deviden tunai. Sementara, sisanya, sekitar Rp 269,5 miliar dijadikan sebagai laba ditahan untuk peningkatan kapasitas dan keperluan usaha perseroan.

Belanja modal perseroan sepanjang 2015 mencatatkan Rp 585 miliar yang terealisasi. Terdapat sisa Rp 100 miliar yang bakal disertakan pada belanja modal 2016.

Kini, melalui belanja modal 2016, TMAS akan menambah lima kapal dengan spesifikasi besar dan sedang. Opsi lainnya adalah membeli kapal baru berukuran sangat besar. Opsi yang juga mengemuka adalah pembelian dua kapal bekas berukuran besar.   

Sampai dengan 2016 usai, TMAS mematok pendapatan sebesar Rp 1,8 triliun. Angka ini naik 12,5 persen ketimbang pencapaian 2015. "Laba bersih targetnya Rp 250 miliar," demikian Ganny Zheng.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Whats New
Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com