Analisis kebohongan, anggota tim ahli kepolisian untuk kasus kriminal tertentu, trainer korporasi dan pemerintahan, termasuk KPK. || www.handokogani.com || @LieDetectorID
Vokalis Isyana Sarasvati (22) menjadi pembicaraan minggu lalu. Hasil wawancaranya di sebuah media dan merek ponsel yang digunakannya banyak disindir oleh netizen. Kok bisa?
Ceritanya seperti ini. Pelantun "Tetap Dalam Jiwa" tersebut selama ini diketahui sebagai duta toko online, Tokopedia.
Namun, kepada salah satu media cetak di Indonesia, ia malah mengaku tidak pernah berbelanja melalui internet. Alasannya, penyanyi cantik itu mengaku takut tertipu. Isyana pun mengaku lebih suka mendatangi toko fisik untuk berbelanja.
Hal inilah yang membuat netizen bereaksi.
Menyadari kesalahan yang dibuatnya, Isyana pun langsung memberikan klarifikasi melalui akun Twitter pribadinya. "Berita soal aku ga berani belanja online memang benar, kalau bukan di Tokopedia :)," kicaunya.
Bisa aja simbak #tokopedia pic.twitter.com/Mxu8rBgFJe
— Aulia Masna (@amasna) May 19, 2016
Namun, Isyana dianggap melakukan kesalahan kedua. Selama ini, dia diketahui menjadi duta smartphone Android merek Oppo. Namun, tweet klarifikasi tentang Tokopedia itu dikicaukan Isyana dengan menggunakan iPhone. Hal tersebut bisa diketahui dari aplikasi TweetBot.
Tapi mbak, situ brand ambassador Oppo, bukan? Atau kontraknya udah selesai? #tokopedia pic.twitter.com/ubYNW0u3gk
— Aulia Masna (@amasna) May 19, 2016
Apakah peristiwa itu bisa disebut kebohongan?
Sekali lagi, definisi bohong adalah sebuah aksi, entah itu ekspresi wajah-sikap tubuh, suara beserta kata-kata dan gaya bicara, ataupun perilaku seseorang, yang dilakukan tanpa pemberitahuan sebelumnya dan bertujuan untuk mengubah pendirian seseorang agar mengikuti keinginan si Pelaku Aksi dan menguntungkannya.
Sedangkan definisi Personal Branding berbeda. Personal branding adalah sebuah kegiatan memproyeksikan beberapa aspek dari seorang tokoh (obyek branding), antara lain aspek personaliti-nya, aspek ketrampilannya, aspek nilai-nilai hidupnya, dan sebagainya.
Jadi, personal branding tidaklah mengkomunikasikan seluruh aspek dari sang tokoh. Dan, personal branding bukanlah kegiatan menciptakan personal image seorang tokoh sesuai keinginan target market-nya (Peter Montoya, The Personal Branding Phenomenon).
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanDapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Daftarkan EmailPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.