DHAKA, KOMPAS.com - Aksi teror yang meledakan sebuah kafe dan menewaskan 20 orang di Dhaka, Banglades, awal Juli 2016, membuat para produsen garmen di negara tersebut berpikir keras untuk mempertahankan pelanggan mereka.
Pabrik-pabrik garmen di Banglades kini tengah mati-matian meyakinkan kembali pemilik merek mode asing, yang sebagian besar berkantor pusat di Amerika Utara dan Eropa, agar tetap memesan produk mereka.
Kontrak akan tetap dihormati dan para pegawai mereka di Banglades akan dilindungi.
"Pasti akan ada dampak. Akan tetapi, kami sangat bergantung pada merek-merek ini dan kami harus menangani situasi ini," ujar Faruque Hassan, Senior Vice President Asosiasi Produsen dan Eksportir Garmen Bangladesh.
(Baca Militan ISIS Serang Kafe, Bunuh Dua Polisi dan Sandera Warga di Dhaka)
Para pemesan asing sudah bereaksi atas kejadian teror itu. Di Jepang, di mana 9 orang warganya menjadi korban ledakan tersebut, pemilik merek Uniqlo Fast Retailing telah mengumumkan larangan bepergian bisnis ke Bangladesh. Fast Retailing memiliki 10 orang pegawai Jepang di Banglades.
Sementara itu, H&M menyatakan telah memiliki prosedur keamanan bagi para stafnya di Bangladesh. Peritel mode asal Swedia itu juga merekomendasikan agar para pegawainya menghindari bepergian tanpa alasan sangat mendesak ke negara di Asia Selatan itu.
Adapun produsen perlengkapan olahraga, Puma, menyatakan bakal terus memesan produk-produk yang dibuat di Bangladesh dan tidak melarang stafnya dalam bepergian.
"Namun demikian, kami akan memutuskan (izin bepergian) berdasarkan kasusnya, tergantung bagaimana situasinya," ujar pihak Puma.
Bangladesh menjadi negara sumber produksi garmen murah. Dalam beberapa tahun terakhir, sejalan dengan melonjaknya upah di negara kantung manufaktur seperti China, semakin banyak produksi bergeser ke negara seperti Vietnam dan Banglades.
Industri garmen saat ini menyumbang 80 persen dari total ekspor Banglades. Meski telah mempekerjakan jutaan orang, industri garmen Banglades masih mengalami tekanan besar terkait kondisi dan upah para pekerja.
"Para pembeli pasti cemas untuk datang ke Banglades. Namun, banyak brand yang telah datang ke Bangladesh selama bertahun-tahun dan mereka tahu bagaimana ramahnya negara ini," kata Hassan.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.