JAKARTA, KOMPAS.com - PT Bank Tabungan Negara (Persero) menyatakan komitmennya untuk terus menurunkan rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL).
Hal ini diutarakan di hadapan para investor pada acara penawaran umum obligasi berkelanjutan tahap II tahun 2016.
Salah seorang investor bertanya kepada direksi tentang angka rasio NPL perseroan yang relatif besar dan bagaimana dampaknya kepada kinerja perseroan.
Apalagi BTN pun menerbitkan obligasi yang ditargetkan memperoleh nilai Rp 6 triliun. Sebagai informasi, pada semester I 2016 rasio NPL BTN mencapai 3,41 persen (gross).
Angka ini turun bila dibandingkan 4,70 persen (gross) pada semester I 2015. Adapun secara net rasio kredit bermasalah perseroan mencapai 2,23 persen pada semester I 2016.
Angka ini pun lebih rendah dibandingkan 3,7 persen pada periode yang sama 2015 lalu.
Direktur BTN Sulis Usdoko menuturkan, secara keseluruhan industri perbankan mengalami kenaikan rasio NPL selama periode semester I 2016. Pada saat bersamaan, rasio NPL BTN malah mengalami penurunan.
"Yang kita lakukan adalah intensifikasi penagihan yang dilakukan secara tepat dan konsisten, sehingga kami targetkan akhir tahun akan di bawah 3 persen. Kami juga restrukturisasi sedini mungkin, sebelum jadi NPL sudah melakukan langkah penagihan," jelas Sulis.
Sulis menuturkan, gelaja NPL pada sektor kredit konsumer BTN cenderung lebih baik dari industri. Namun demikian, ia mengaku perseroan akan melakukan pengelolaan NPL pada sektor kredit komersial.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.