Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Chappy Hakim
KSAU 2002-2005

Penulis buku "Tanah Air Udaraku Indonesia"

Sengketa di Lanud Halim

Kompas.com - 31/07/2016, 21:04 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorTri Wahono

Jumat (29/7/2016) siang, saya sempat meluncurkan buku berjudul "Sengketa di Lanud Halim Perdanakusuma".

Buku ini adalah rangkuman dari catatan-catatan saya tentang Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma yang telah dimasukkan dalam kajian strategis di HSC (Hendropriyono Strategic Consulting).

Atas inisiatif Chairman dari HSC, Bapak Hendropriyono, kumpulan catatan tersebut kemudian dibuat menjadi sebuah buku.

Pada kesempatan peluncuran tersebut yang mengambil tempat di Kelab Eksekutif Persada Halim Perdanakusuma, telah hadir banyak teman dan sahabat serta handai tolan, serta beberapa tokoh yang memiliki perhatian cukup besar terhadap masalah-masalah keudaraan.

Terlihat antara lain Prof. Dr. Hikmahanto Juwana, ahli Hukum Internasional, profesor termuda dalam sejarah Fakultas Hukum Universitas Indonesia Dr. Yasidi Hambali, ahli hukum dan politik kedirgantaraan Dr. Kusnadi Kardi dari Air Power Club Indonesia, pakar hukum laut internasional Prof. Dr. Hasjim Djalal, beberapa duta besar, dan tokoh-tokoh lainnya.

Di samping itu, di antara yang hadir terlihat juga conductor beken “Twilite Orchestra” Addie MS.

Di samping ritual peluncuran buku pada tanggal 29 Juli 2016 tersebut, Prof. Dr. H.E. Saefullah Wiradipradja, S.H., LL.M., seorang guru besar dan ahli hukum udara dari Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran Bandung, telah menyempatkan diri pula untuk membuat resensi khusus dari buku "Sengketa di Lanud Halim" tersebut.

Berikut ini adalah tulisan Profesor Saefullah Wiradipradja:

Resensi atas Buku Marsekal Chappy Hakim "Sengketa di Lanud Halim Perdanakusuma"
Oleh Prof (em) Dr. E. Saefullah Wiradipradja, S.H., LL.M.
Guru besar Hukum Udara dan Ruang Angkasa FH UNPAD

Buku "Sengketa di Lanud Halim Perdanakusuma" karangan Marsekal Chappy Hakim (mantan KSAU), menurut pendapat saya, adalah buku yang sangat perlu dibaca dan dipahami oleh mereka yang menaruh perhatian terhadap atau berhubungan dengan masalah penerbangan, termasuk para akademisi, karena menyangkut kepentingan berbagai pihak.

Dunia penerbangan dewasa ini bukan hanya kebutuhan golongan elit masyarakat tertentu saja, tapi sudah merupakan kebutuhan masyarakat luas, baik dari kelompok pemerintahan, pengusaha, mahasiswa, pegawai biasa, petani, nelayan, pedagang kecil, dan sebagainya, misalnya saja bila mereka akan menunaikan ibadah haji/umroh.

Buku ini membahas masalah pelabuhan udara (airport), dan secara khusus tentang pangkalan udara (lanud) militer yang juga digunakan oleh penerbangan sipil-komersial.

Pelabuhan udara (airport) adalah sarana vital bagi dunia penerbangan. Tanpa pelabuhan udara pesawat udara, baik sipil maupun militer, tidak mungkin dapat terbang (take off) atau mendarat (landing), atau untuk pemberangkatan (embarkasi) dan tujuan (disembarkasi/destinasi) para pengguna penerbangan.

Sebagai titik-tolak pembahasan buku ini adalah peristiwa (incident) tabrakan antara pesawat Batik Air dengan pesawat Trans Nusa pada tanggal 4 April 2016. Juga disinggung kejadian pada tanggal 7 April 2016 tentang hampir terjadi tabrakan antara pesawat Batik Air dengan pesawat Trans Wisata.

Kasus-kasus tersebut menyadarkan kita bagaimana faktor keamanan dan keselamatan penerbangan dan sekaligus membuka mata kita bagaimana pengelolaan pelabuhan udara di negara kita. Khususnya pengelolaan pelabuhan udara yang digunakan untuk kegiatan militer dan kegiatan penerbangan sipil-komersial.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com