Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Akhlis Purnomo
Penulis

Penulis, pengajar bahasa, pelatih yoga

Mengapa Entrepreneur Perlu Lebih Skeptis Saat Membaca Biografi Orang ‘Sukses’

Kompas.com - 16/08/2016, 21:23 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

Beberapa tahun lalu kita mengenal Donald Trump sebagai seorang entrepreneur di bidang properti. Namun, begitu pria bertatanan rambut unik itu mengumumkan dirinya mencalonkan dirinya menjadi salah satu kandidat dalam pemilihan presiden AS pada 16 Juni 2015, semuanya berubah.

Bagi Anda yang belum pernah membaca sepak terjang Trump di dunia politik, mungkin akan terkejut dengan langkah beraninya itu. Tapi itu bukan kali pertama sang entrepreneur arogan ini bersentuhan dengan politik.

Di tahun 1988, 2004 dan 2012, ia sudah pernah melayangkan ide serupa ke publik tapi seperti yang kita ketahui bersama, mimpinya kandas.

Baru tahun ini, langkahnya dalam kampanye menuju tampuk kursi kepresidenan terasa lebih mulus padahal banyak pihak menentang pernyataan dan gagasannya yang tidak lazim tentang banyak hal.

Langkah berani Trump terjun ke dunia politik memang bukan yang pertama terjadi di dunia bisnis. Sudah banyak entrepreneur selain Trump yang melakukannya.

Mari kita ambil contoh Michael Bloomberg (pebisnis media dan data keuangan menjadi walikota New York), Mitt Romney (pendiri Bain Capital menjadi gubernur Massachussets dan kandidat presiden AS tahun 2012), dan sebagainya.

Di Indonesia sendiri, contohnya sudah banyak ada. Lihat saja Harry Tanoesudibyo dan Surya Paloh (pemilik kerajaan bisnis media yang mendirikan parpol), Sandiaga Uno (yang sekarang diberitakan mengincar kursi DKI 1), dan masih banyak lainnya.

Kembali ke Trump, sebuah artikel di laman NewYorker.com yang ditayangkan sejak tanggal 25 Juli 2016 membeberkan opini Tony Schwartz tentang sang entrepreneur yang kontroversial.

Schwartz bukan orang asing lagi bagi Trump. Schwartz dikenal sebagai seorang mantan jurnalis sekaligus penulis bayangan (ghostwriter) sebuah buku yang hingga kini masih banyak dibaca orang, “Art of the Deal”.

Di dalamnya, Schwartz menjelaskan panjang lebar seolah ia sendiri ialah Trump mengenai bagaimana ia menjalankan bisnis dan menghadapi perundingan bisnis yang alot dan strategis.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+