Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menhub: Proyek Tol Laut Butuh Penyempurnaan

Kompas.com - 27/08/2016, 18:44 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Bagi Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, keberadaan pelabuhan dan pengadaan kapal belumlah menandakan kehadiran negara dalam konektivitas. Konektivitas itu, kata dia, berarti jika kapal-kapal itu bisa dijalankan dengan frekuensi teratur, pelabuhan-pelabuhan berfungsi, dan disparitas harga antar wilayah menurun.

Pemerintah Joko Widodo sejak awal terbentuk telah menggaungkan semangat konektivitas melalui pembangunan "Tol Laut". Namun, Budi menilai, keberadaan Tol Laut ini masih belum mencapai tujuan konektivitas.

Budi mengatakan, pemerintah membangun "Tol Laut" dengan tujuan menurunkan disparitas harga secara konsisten. Namun, ia menyampaikan, laporan dari Pelni menyebutkan bahwa harga barang-barang di daerah-daerah yang dilintasi Tol Laut turun 30 persen, tetapi tidak konsisten.

"Karena katakanlah barang datang sebulan sekali atau dua kali. Barang itu bisa diakuisisi oleh pedagang di sana (spekulan). Sehingga dalam beberapa hari, harganya bisa naik lagi," kata Budi seusai kunjungan di Kalibaru, Jakarta, Sabtu (27/8/2016).

Selain itu, masalah lain yang muncul dari "Tol Laut" ini adalah persaingan dengan swasta. Budi mengatakan, banyak swasta yang komplain jalur trayeknya "dipotong" oleh kapal-kapal dari Jakarta. Misalnya, kata dia, trayek Jakarta-Papua via Makassar oleh Pelni.

"Swasta komplain, kan sudah ada swasta Jakarta ke Makassar. Dan, coba dilihat harga beras di Jakarta dan Makassar sama atau tidak? Jika sama, maka jalur Pelni mulainya bukan dari Jakarta, tetapi dari Makassar ke Papua. Sehingga tol yang sudah dibuat swasta bisa menjadi lebih besar," ujar mantan bos Angkasa Pura II itu.

Contoh lain, jalur pelayaran dari Jakarta ke Natuna. Budi melihat ada baiknya Pelni belayar dari Pontianak ke Natuna, sebab sudah banyak swasta yang melayani rute Jakarta-Pontianak.

"Tanpa bermaksud mengatakan apa yang dilakukan dulu itu kurang, memang dibutuhkan penyempurnaan tol laut. Dalam kesempatan di Danau Toba juga Pak Presiden berharap dilakukan perbaikan-perbaikan," pungkas Budi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Whats New
Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Whats New
Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Whats New
Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Spend Smart
Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Whats New
Heran Jasa Tukar Uang Pinggir Jalan Mulai Menjamur, BI Malang: Kurang Paham Mereka Dapat Uang Dari Mana...

Heran Jasa Tukar Uang Pinggir Jalan Mulai Menjamur, BI Malang: Kurang Paham Mereka Dapat Uang Dari Mana...

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com