Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pangkas Subsidi, Pemerintah Sebut Sudah Lakukan Reformasi Fiskal

Kompas.com - 25/10/2016, 14:00 WIB
Yoga Sukmana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution mengungkapkan, pemerintahan Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK) telah memangkas subsidi energi secara besar-besaran selama dua tahun belakangan.

Menurut Darmin, langkah pemangkasan subsidi energi merupakan bukti bahwa pemerintah telah melakukan reformasi di sektor fiskal.

"Jangan lupa walaupun APBN menghadapi kendala dengan perlambatan ekonomi dunia, tetapi kami mulai dengan reformasi di bidang fiskal," ujar Darmin di Kantor Staf Kepresidenan, Jakarta, Selasa (25/10/2016).

Selama ini anggaran untuk subsidi energi dianggap bukan kebijakan yang tidak produktif. Lantaran hal itu pemerintah memutuskan untuk mengurangi subsidi dan mengalokasikan anggarannya ke program yang dianggap lebih produktif.

Program produktif yang dimaksud pemerintah yakni pembangunan infrastuktur. Tahun 2015, anggaran untuk infrastuktur sebesar Rp 290,3 triliun. Sedangkan pada 2016, meningkat menjadi Rp 317,1 triliun.

"Memang ada kelemahan, infrastruktur itu mahal sehingga investasi dalam jumlah besar itu perlu waktu lebih panjang, perlu uang lebih banyak untuk gerakkan pertumbuhan ekonomi," kata Darmin.

Meski mengaku sudah melakukan reformasi fiskal, penyusunan APBN dan asumsi makro kerap mendapatkan kritik. Bahkan Menteri Keuangan Sri Mulyani yang baru bergabung ke kabinet pada Agustus 2016 lalu memutuskan untuk memangkas anggaran dalam APBNP 2016.

Tidak tangung-tanggung belanja yang dipangkas mencapai Rp 137,6 triliun. Angka tersebut naik Rp 4,6 triliun dari angka yang sempat disebutkan belum lama ini yakni sebesar Rp 133 triliun.

Pemangkasan anggaran itu terdiri dari penghematan pemerintah pusat yakni belanja Kementerian dan lembaga sebesar Rp 64,7 triliun. Adapun sisanya merupakan penghematan dana transfer ke daerah Rp 70,1 triliun dan dana desa sebesar Rp 2,8 triliun.

Menurut perempuan yang kerap disapa Ani itu, pemangkasan belanja dilakukan untuk kegiatan-kegiatan yang tidak produktif misalnya rapat-rapat dan perjalanan dinas.

Artinya, alokasi anggaran dalam APBN-P 2016 banyak untuk kegiatan-kegiatan yang tidak produktif. Padahal, pendapatan negara dari sektor pajak belum optimal lantaran perlambatan ekonomi.

Kompas TV 2 Tahun Memimpin, Kenerja Jokowi-JK Jadi Sorotan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com