Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Boeing dan Airbus Saling Berebut Pasar Penerbangan China

Kompas.com - 03/11/2016, 08:41 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

ZHUHAI, KOMPAS.com - Raksasa penerbangan Boeing dan Airbus saling berebut dalam memikat pasar penerbangan China dalam ajang kedirgantaraan di Zhuhai.

Hal ini sejalan dengan persaingan produsen pesawat AS dan Eropa tersebut dalam memanfaatkan melonjaknya pasar pesawat terbang di China.

China adalah salah satu pusat persaingan utama bagi produsen pesawat. Pasalnya, jumlah masyarakat yang bepergian dengan pesawat terus bertambah pesat.

Dalam proyeksinya yang bertajuk 2016-2035 Global Market Forecast, Airbus menyatakan maskapai-maskapai penerbangan China membutuhkan hampir 6.000 unit pesawat baru senilai 945 miliar dollar AS dalam 20 tahun ke depan.

Adapun Boeing mengestimasikan kebutuhan pesawat baru China mencapai 6.800 unit dengan nilai 1 triliun dollar AS.

Untuk memikat pasar Negeri Tirai Bambu tersebut, keduanya gencar menjalin kemitraan dengan perusahaan-perusahaan China.

Airbus memiliki pusat penyelesaian dan pengiriman pesawat di Tianjin, di mana pekerja memasang sentuhan akhir dan mengaplikasikab cat untuk pesawat yang ditujukan bagi pasar domestik.

Airbus juga membeli bagian-bagian pesawat tertentu dari pemasok China.

Sementara itu, Boeing berencana membangun fasilitas produksi bermitra dengan Commercial Aircraft Corp. of China (COMAC) untuk mengecat dan memasang kabin pesawat seri 737.

Eric Chen, presiden Airbus China, menyoroti rencana yang dikemukakan pesaingnya tersebut. Menurut dia, langkah yang diambil Boeing selangkah di belakang apa yang sudah dilakukan Airbus.

"Saya memiliki dua impresi. Pertama, keputusan yang kami buat 10 tahun lalu adalah keputusan benar. Kedua, kami berada di depan kompetitor kami," jelas Chen.

Adapun Boeing menyatakan telah mengirim 14 unit pesawat seri 787-9 ke China pada tahun 2016 ini. Tak hanya itu, Boeing juga telah mengantongi pemesanan dan komitmen terhadap 46 unit lainnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kehabisan Tiket Kereta? Coba Fitur Access by KAI Ini

Kehabisan Tiket Kereta? Coba Fitur Access by KAI Ini

Spend Smart
Harga Saham BBRI 'Nyungsep' 5 Persen, Investor 'Buy' atau 'Hold'?

Harga Saham BBRI "Nyungsep" 5 Persen, Investor "Buy" atau "Hold"?

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di BCA Mobile

Cara Hapus Daftar Transfer di BCA Mobile

Work Smart
Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Whats New
Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Optimalkan LNG Lintas Negara

Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Optimalkan LNG Lintas Negara

Whats New
Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Whats New
Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Whats New
Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Whats New
Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Whats New
Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Whats New
Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Whats New
Dorong UMKM 'Go Global', Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Dorong UMKM "Go Global", Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Whats New
Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Whats New
Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Whats New
Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com