JAKARTA, KOMPAS.com — Perkembangan dunia digital informasi bisa menjadi salah satu jawaban tantangan zaman pada era saat ini. Di antaranya, hal itu menjawab persoalan pangan di Indonesia yang sesekali masih dihantui masalah rantai distribusi yang terlalu panjang dan berakibat pada lonjakan harga.
Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) startup asal Bandung, yaitu Limakilo.id, kemudian menjual hasil pertanian melalui situs internet.
Berawal dari kompetisi hackathon yang diinisiasi oleh Code4Nation dan Kantor Staf Pemerintahan (KSP), Limakilo.id berhasil menjadi pemenang dalam kompetisi tersebut dengan tema penyelesaian masalah pangan di Tanah Air.
Pada kali ini, Kompas.com berkesempatan mewawancarai salah satu pendiri Limakilo.id, yaitu Arif Setiawan. Berikut petikannya:
Kapan mulai terbentuk Limakilo.id, dan mengapa diberi nama Limakilo?
Berawal dari diadakannya lomba Hackathon Merdeka 1.0 yang diadakan oleh Code4Nation dan Kantor Staf Presiden (KSP) yang mengusung masalah pangan di Indonesia pada Agustus 2015. Nama Limakilo diartikan sebagai simbol fair trade antara konsumen dan petani.
Siapa saja yang terlibat dalam Limakilo.id?
Saya (Arif Setiawan) dan Walesa Danto yang memang memiliki latar belakang di bidang IT; dan biar ada sentuhan dari sisi bisnis, mengajak Lisa Ayu Wulandari, dengan background manajemen bisnis, untuk ikut dalam lomba tersebut.
Bagaimana keterlibatan petani di Limakilo.id?
Petani terlibat sebagai partner dengan sistem bagi hasil. Kami melakukan edukasi kepada mereka mulai dari peminjaman modal, pengelolaan bisnis pertanian, pengolahan pasca-panen hingga penjualan, packing, hingga pengiriman. Setiap produk yang ditampilkan di Limakilo.id dicantumkan dari mana dan dari siapa produsen atau petaninya. Saat ini petani yang bergabung ada dari Brebes, Bandung, Yogyakarta, dan akan menyusul (dari) Jawa Timur.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.