JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump sudah memutuskan untuk menarik rencana AS dari kemitraan datang Trans Pacific Partnership (TPP).
Dengan demikian, hal ini diperkirakan bakal meningkatkan pamor perjanjian dagang Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP).
Apa itu RCEP? Sejatinya, RCEP terdiri dari 10 anggota ASEAN plus Australia, Selandia Baru, Tiongkok, India, Korea, dan Jepang.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan, negara-negara anggota RCEP cenderung mendorong agar perundingan dipercepat. "Bahkan, Chili menyatakan untuk dapat dipertimbangkan masuk ke RCEP," katanya, Selasa (22/11/2012).
Lantas, apa untung rugi RCEP bagi Indonesia?
Menurut Enggartiasto, dalam perundingan RCEP, ada beberapa hal yang bisa menguntungkan Indonesia. Misalnya, akses pasar produk pertanian ke India, Jepang dan China. Hambatan tarif dan non tarif akan sedikit tereliminir jika RCEP berjalan.
Sementara menurut Kepala Departemen Ekonomi Center For Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri, bila TPP batal diimplementasikan, persaingan dengan beberapa negara tetangga, seperti Vietnam dalam peningkatan akses pasar ke negara-negara anggota TPP menjadi lebih ringan.
Di sisi lain, bila TPP tak jadi dilaksanakan, potensi negara tujuan ekspor Indonesia bisa berkurang. Padahal, negara-negara anggota TPP merupakan negara dengan tingkat konsumsi tinggi.
Lebih lanjut Yose mengatakan, anggota RCEP memiliki pangsa pasar yang besar. Namun, kata Yose Rizal, dari sisi tingkat konsumsi, negara-negara ini masih rendah. Alhasil, kinerja ekspor ke negara RCEP tak akan setinggi ekspor ke negara TPP.
Alternatif Lain
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.