Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kebutuhan Energi Terus Meningkat, Ini Saran Medco ke Pemerintah

Kompas.com - 24/11/2016, 18:14 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Mewakili sektor energi, Presiden Direktur PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) Hilmi Panigoro menyampaikan tiga hal yang menjadi keluhan sekaligus harapan dari pelaku usaha di sektor energi, agar dibenahi oleh pemerintah.

Pertama, Hilmi menyampaikan, sektor energi ingin agar pemerintah lebih merampingkan lagi perizinan, utamanya di bisnis pertambangan dan kontrak-kontrak minyak dan gas (migas).

Pemerintah juga diminta untuk menghargai kontrak-kontrak yang sudah berjalan, agar terjamin kepastian hukum dalam berusaha.

"Ini sebetulnya klasik. Hari ini ada 229 perizinan, mulai dari eksplorasi sampai produksi yang melibatkan 17 kementerian/lembaga baik di pusat maupun di daerah. Dulu tahun 70-80an, dibutuhkan 5-6 tahun untuk bisa berproduksi. Hari ini butuh 15 tahun. Apakah ini akibat dari demokrasi?" tanya Hilmi, dalam Kompas 100 CEO Forum, di Jakarta, Kamis (24/11/2016).

Lebih jauh Hilmi menuturkan, saat ini banyak sekali perusahaan internasional yang mengurangi atau bahkan meninggalkan kegiatan eksplorasi dan produksi migas di Indonesia.

Meskipun tentu saja, kata Hilmi, banyak suara yang merespons hal itu justru merupakan kesempatan bagi domestik untuk mengembangkan lebih jauh.

"(Tetapi) Saya sampaikan, kita masih membutuhkan kehadiran mereka-mereka (perusahaan internasional) ini. Karena kalau bicara eksplorasi migas di Timur, satu sumur kosong biayanya lebih dari Rp 1 triliun. Saya kira tidak ada perusahaan Indonesia termasuk Pertamina yang mampu menanggung dry hole cost Rp 1 triliun per sumur," ucap Hilmi.

Kedua, lanjut Hilmi, ke depan sumber-sumber energi yang masih tersisa mayoritas berada di kawasan Timur Indonesia.

Wilayah yang saat ini masih sangat kurang akan infrastruktur, sehingga membuat investasi di sana menjadi mahal. Selain itu sumber daya manusiannya pun belum mumpuni.

"Karena banyak sekali prospek-prospek baru di Timur, kita memerlukan insentif agar keekonomian proyek dicapai," kata Hilmi.

Ketiga, sektor energi mendorong pemerintah untuk membangun fondasi yang kuat untuk pengembangan energi baru terbarukan (EBT) utamanya untuk menunjang biomasa, solar, dan angin. Hilmi menguti riset dari McKinsey menuturkan, pada 2050 nanti konsumsi batubara dan minyak bumi akan turun drastis.

Adapun satu-satunya sumber energi fosil yang meningkat konsumsinya adalah gas. Di sisi lain, kebutuhan EBT utamanya dari angin dan matahari (solar) tumbuh cepat.

"Indonesia jangan sampai ketinggalan dalam menarik investor yang bergerak di manufakturing untuk industri solar maupun angin, karena ini akan menjadi kebutuhan industri listrik yang tumbuh paling cepat," pungkas Hilmi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Bayar Shopee lewat ATM BRI dan BRImo dengan Mudah

Cara Bayar Shopee lewat ATM BRI dan BRImo dengan Mudah

Spend Smart
Apa yang Dimaksud dengan Inflasi dan Deflasi?

Apa yang Dimaksud dengan Inflasi dan Deflasi?

Earn Smart
Gampang Cara Cek Mutasi Rekening lewat myBCA

Gampang Cara Cek Mutasi Rekening lewat myBCA

Spend Smart
Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Whats New
Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Whats New
Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Whats New
Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-'grounded' Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-"grounded" Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Whats New
ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

Whats New
Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Whats New
Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Whats New
ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

Whats New
Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Whats New
Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Whats New
Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Whats New
BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com