DENPASAR, KOMPAS.com - Pada November 2016, ada 10 komoditas yang menjadi penyumbang utama inflasi di Kota Denpasar, Bali. Apa saja?
Secara rinci, 10 komoditas yang mengalami kenaikan harga antara lain cabai rawit (43,02 persen), cabai merah (18,57 persen), mie bakso (8,57 persen), bawang merah (7,42 persen).
Kemudian, air kemasan (2,29 persen), tarif pulsa ponsel (1,45 persen), bawang putih (7,40 persen), bahan bakar rumah tangga (0,81 persen), tongkol pindang(3,94 persen) dan rokok kretek filter (0,93 persen).
Menurut Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho, dari 10 komoditas penyumbang inflasi terbesar, dua yang paling berpengaruh yakni cabai rawit dan cabai merah.
"Sedangkan penyumbang inflasi jika dilihat secara kelompok pengeluaran adalah kelompok makanan jadi, perumahan, sandang, kesehatan, pendidikan, transportasi dan lainnya," tambah Adi di Denpasar, Kamis (1/12/2016).
Di November 2016, Denpasar mengalami inflasi sebesar 0,28 persen dengan indeks harga konsumen (IHK) sebesar 122,26.
Sementara tingkat inflasi kumulatif (Januari-November 2016) sebesar 2,24 persen dan inflasi tahun ke tahun (November 2016 terhadap November 2015) sebesar 3,21 persen.
Data BPS juga menunjukkan, dari 82 kota di Indonesia tercatat 78 kota mengalami inflasi dan empat kota mengalami deflasi.
Inflasi tertinggi terjadi di Manado sebesar 2,86 persen sedangkan inflasi terendah di daerah Singkawang sebesar 0,05 persen.
Deflasi tertinggi di Bau-bau sebesar 1,54 persen dan terendah di Kendari sebesar 0,22 persen.
"Jika diurut dari inflasi tertinggi, maka Denpasar menempati urutan ke-61 dari 78 kota yang mengalami inflasi," pungkas Adi.