Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tobin Tax Diperlukan Agar "Hot Money" Tak Gampang Cabut dari Indonesia

Kompas.com - 18/12/2016, 18:39 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Keputusan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bps) beberapa waktu lalu dikhawatirkan akan membuat volatilitas lebih tinggi terhadap nilai tukar mata uang Garuda.

Dana-dana asing ditakutkan akan kembali ke negara-negara yang menawarkan imbal hasil dan risiko lebih baik.

Mengantisipasi hal ini, peneliti dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Abra PG Talattov mengusulkan, untuk menjaga stabilitas kurs agar tidak goncang pemerintah bisa menerapkan kebijakan disinsentif atau Tobin Tax.

"Artinya, setiap dana yang keluar dari Indonesia itu dikenakan pajak. Itu akan menjadi disinsentif. Sehingga pemilik modal akan berfikir dua kali untuk mengeluarkan dananya dari Indonesia," kata Abra dalam sebuah diskusi di Jakarta, Minggu (18/12/2016).

Abra meminta pemerintah untuk mengkaji apakah Tobin Tax ini perlu diimplementasikan. Sebab menurut dia, selama ini dana asing di Indonesia tak bisa dimungkiri sangat rentan terhadap kondisi eksternal seperti kebijakan the Fed, dan perekonomian Amerika Serikat.

"Apakah ada ruang untuk mengenakan pajak terhadap dana asing tadi?" kata Abra. Diakui Abra, jika Tobin Tax ini diterapkan tentunya ada kekhawatiran pemilik dana untuk memasukkan dananya ke Indonesia.

Namun menurut Abra, instrumen capital control ini perlu diimplementasikan di samping pemerintah memperbaiki fundamental perekonomian Indonesia.

"Memang dalam jangka pendek ada dampak kekhawatiran investor. Tetapi sampai kapan ekonomi Indonesia selalu dibayangi dan dihantui faktor eksternal?" ujar Abra.

Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri dalam sebuah kesempatan Maret 2016 juga pernah menyampaikan, jika pemerintah tidak memiliki solusi atas kontrol modal ini, maka Indonesia akan terus-menerus dipermainkan oleh hot money.

Chatib menawarkan solusi berupa Tobin Tax, yang banyak negara saat ini menerapkan tarif antara 0,1-0,5 persen untuk transaksi saham, obligasi, dan aset finansial asing lainnya saat keluar dari negara bersangkutan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Luhut Minta Penyelesaian Lahan di IKN Tak Rugikan Masyarakat

Luhut Minta Penyelesaian Lahan di IKN Tak Rugikan Masyarakat

Whats New
Prudential Indonesia Rilis Produk Asuransi Kesehatan PRUWell, Simak Manfaatnya

Prudential Indonesia Rilis Produk Asuransi Kesehatan PRUWell, Simak Manfaatnya

Whats New
Kunjungi IKN, Luhut Optimistis Pembangunan Capai 80 Persen pada Agustus 2024

Kunjungi IKN, Luhut Optimistis Pembangunan Capai 80 Persen pada Agustus 2024

Whats New
Wamendes PDTT: Urgensi Transmigrasi dan Dukungan Anggaran Perlu Ditingkatkan

Wamendes PDTT: Urgensi Transmigrasi dan Dukungan Anggaran Perlu Ditingkatkan

Whats New
IDSurvey Tunjuk Suko Basuki sebagai Komisaris Independen

IDSurvey Tunjuk Suko Basuki sebagai Komisaris Independen

Whats New
Tingginya Inflasi Medis Tidak Hanya Terjadi di Indonesia

Tingginya Inflasi Medis Tidak Hanya Terjadi di Indonesia

Whats New
Tutup Pabrik, Bata Akui Kesulitan Hadapi Perubahan Perilaku Belanja Konsumen

Tutup Pabrik, Bata Akui Kesulitan Hadapi Perubahan Perilaku Belanja Konsumen

Whats New
Kecelakaan KA Pandalungan dan Mobil Sebabkan Perjalanan KA Terlambat, Penumpang Dapat Kompensasi

Kecelakaan KA Pandalungan dan Mobil Sebabkan Perjalanan KA Terlambat, Penumpang Dapat Kompensasi

Whats New
Hari Apresiasi Seller Tokopedia, GNET Raih Posisi Pertama di Kategori Pertukangan

Hari Apresiasi Seller Tokopedia, GNET Raih Posisi Pertama di Kategori Pertukangan

Rilis
Waskita Karya Bakal Jadi Anak Usaha Hutama Karya pada September 2024

Waskita Karya Bakal Jadi Anak Usaha Hutama Karya pada September 2024

Whats New
Menko Airlangga: Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal I-2024 Tertinggi sejak 2015

Menko Airlangga: Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal I-2024 Tertinggi sejak 2015

Whats New
IHSG dan Rupiah Ditutup Melemah

IHSG dan Rupiah Ditutup Melemah

Whats New
Mobil Tertabrak KA Pandalungan, KAI Sampaikan Belasungkawa

Mobil Tertabrak KA Pandalungan, KAI Sampaikan Belasungkawa

Whats New
Pabrik Tutup, Bata Janji Beri Hak-hak Karyawan Sesuai Aturan

Pabrik Tutup, Bata Janji Beri Hak-hak Karyawan Sesuai Aturan

Whats New
Meski Ada Momen Ramadhan dan Pemilu, Konsumsi Rumah Tangga Dinilai Tidak Tumbuh Maksimal

Meski Ada Momen Ramadhan dan Pemilu, Konsumsi Rumah Tangga Dinilai Tidak Tumbuh Maksimal

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com