JAKARTA, KOMPAS.com - Proyek pembangunan listrik 35.000 megawatt (MW) yang digagas pemerintah memberikan angin segar bagi pelaku bisnis turunannya dan termasuk produsen transformator (trafo) listrik.
Saat ini, keberadaan listrik tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan masyarakat dalam menunjang segala aktifitas. Sehingga listrik sudah menjadi kebutuhan masyarakat dan juga pelaku industri yang terus berkembang.
Kebutuhan akan listrik saat ini terus meningkat tiap tahunnya seiring dengan terus bertumbuhnya populasi masyarakat di Indonesia.
Menjawab kebutuhan listrik yang terus meningkat, dibutuhkan inovasi dalam teknologi dan infrastruktur guna menunjang efisiensi.
Berangkat dari situlah, PT Sintra Sinarindo Elektrik bekerjasama dengan Himpunan Ahli Elektro Indonesia (HAEI) menggelar “Seminar Enjiniring Tranformator Yang Efisien” pada 15 Desember 2016 lalu.
Direktur PT Sintra Sinarindo Elektrik, Yohanes Purnawan Widjaja mengatakan, seminar ini bukti dukungan pihaknya dan HAEI untuk mengedukasi anggota HAEI dalam memproduksi transformator yang lebih efisien dalam produknya seperti bahan baku, proses produksi, desain dan pemakaian.
Diakuinya, saat ini bahan baku dalam pembuatan transformator masih banyak bergantung pada impor. Hal ini tentunya menjadi tantangan bagi pelaku usaha bagaimana bisa menciptakan bahan baku dari dalam negeri, sehingga mampu menekan biaya produksi.
“Kami masih banyak mengimpor bahan baku untuk produksi transformator dari Jepang, Korea dan China. Ini dilakukan bukan karena tidak bisa atau tidak mau menambahkan bahan lokal," kata dia melalui rilis ke Kompas.com.
"Tetapi karena bahan yang kami butuhkan untuk memproduksi transformator memang masih belum tersedia di Indonesia," lanjutnya.
Pasar Menjanjikan
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.