Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gara-gara Sembako, Inflasi di Bangka Belitung di Atas Inflasi Nasional

Kompas.com - 20/12/2016, 18:00 WIB
Heru Dahnur

Penulis

PANGKALPINANG, KOMPAS.com - Bahan kebutuhan pokok dilaporkan masih menjadi faktor penyebab inflasi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, hingga penghujung 2016.

Bank Indonesia (BI) Perwakilan Pangkalpinang mencatat, angka inflasi sebesar 6,61 persen lebih tinggi dari target inflasi nasional yang hanya sebesar 3,58 persen.

Hal itu dikatakan Perwakilan BI Pangkalpinang, Bayu Martanto, seusai menggelar pertemuan tahunan bersama pemerintah daerah dan stakeholder, Selasa (20/12/2016).

“Pada tahun 2017 nanti, kami masih memprediksi inflasi masih bertahan dengan ketersediaan bahan kebutuhan pokok sebagai salah satu penyebabnya,” kata Bayu.

Tingginya angka inflasi di Kepulauan Bangka Belitung yang nyaris dua kali lipat dari angka inflasi nasional tersebut diketahui berdasarkan perhitungan tahun ke tahun (yoy).

“Angka inflasi yang cukup tinggi, cenderung bersifat permanen disebabkan distribusi pasokan bahan kebutuhan pokok belum begitu lancar dan kerap terkendala cuaca buruk,” papar Bayu.

Sementara produksi pangan lokal belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat yang pada waktu-waktu tertentu justru meminta pasokan lebih besar.

Kebutuhan pokok yang menyumbang inflasi di antaranya dari jenis holtikultura, seperti cabai, bawang dan beras. Selain itu, inflasi juga didorong tingginya permintaan akan ikan dan produk turunannya.

Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) melalui Bank Indonesia, mulai memprogramkan pembudidayaan komoditas holtikultura, demi terwujudnya kemandirian pangan di daerah.

Salah satu yang dikembangkan saat ini, dengan menanam cabai melibatkan kelompok tani di Kabupaten Bangka Tengah.

Adapun laporan tahunan perekonomian disampaikan Bank Indonesia di hadapan pemerintah daerah serta para stakeholder di Pangkalpinang. Pertemuan ini juga diisi dengan sosialisasi desain baru uang rupiah sekaligus disediakan layanan penukaran uang.

Harga Cenderung Naik

Pedagang di Pasar Induk Pangkalpinang mengklaim, harga cenderung naik, karena faktor cuaca buruk dan jalur distribusi yang cukup panjang.

Bahan kebutuhan pokok yang biasa diperjualbelikan, seperti cabai, bawang dan beras, umumnya didatangkan dari Brebes dan Mataram.

“Sebagian besar dari luar. Kalau ada masalah sedikit, pasokan kurang, harga langsung naik,” kata Iswadi, pedagang sembako di Pasar Induk Pangkalpinang.

Saat sesi penjualan, Selasa (20/12/2016), kebutuhan pokok yang tercatat naik, seperti kentang, dari sebelumnya Rp 10.000 naik menjadi Rp 12.000 per kilogram.

Kol dan sawi juga mengalami kenaikan dari sebelumnya Rp 8.000 naik menjadi Rp 10.000 per kilogram.

Sementara harga cabai masih bertahan di angka Rp 50.000 per kilogram. Bawang putih dan bawang merah dijual bervariasi, mulai Rp 32.000 sampai Rp 35.000 per kilogram.

Momen perayaan natal dan tahun baru, diprediksi membuat harga merangkak naik, karena banyaknya kegiatan yang berimplikasi bertambahnya permintaan bahan kebutuhan pokok. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Isi Saldo GoPay lewat Aplikasi DANA

Cara Isi Saldo GoPay lewat Aplikasi DANA

Spend Smart
Cara Cek Nomor Rekening BSI dengan Mudah

Cara Cek Nomor Rekening BSI dengan Mudah

Spend Smart
Harga Paket Vision+ dan Cara Berlangganan

Harga Paket Vision+ dan Cara Berlangganan

Spend Smart
Dorong Investasi di Industri Antara, Kemenperin: Kami Persiapankan 'Tax Holiday'

Dorong Investasi di Industri Antara, Kemenperin: Kami Persiapankan "Tax Holiday"

Whats New
Astra Life Catat Premi Bruto Rp 6,1 Triliun Sepanjang 2023

Astra Life Catat Premi Bruto Rp 6,1 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
Rugi Bersih GOTO Susut 78 Persen, Jadi Rp 862 Miliar pada Kuartal I-2024

Rugi Bersih GOTO Susut 78 Persen, Jadi Rp 862 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Industri Fintech Lending Rugi pada Awal 2024, Ini Sebabnya Menurut Asosiasi

Industri Fintech Lending Rugi pada Awal 2024, Ini Sebabnya Menurut Asosiasi

Whats New
Menteri Trenggono Minta Reklamasi PIK Pakai Sedimentasi Laut

Menteri Trenggono Minta Reklamasi PIK Pakai Sedimentasi Laut

Whats New
Tren dan Peluang Investasi Kripto, Indonesia Berpotensi Pimpin Pasar ASEAN

Tren dan Peluang Investasi Kripto, Indonesia Berpotensi Pimpin Pasar ASEAN

Spend Smart
Kredit BNI Tumbuh Jadi Rp 695,16 Triliun pada Kuartal I 2024, UMKM dan Konsumer Jadi Mesin Baru

Kredit BNI Tumbuh Jadi Rp 695,16 Triliun pada Kuartal I 2024, UMKM dan Konsumer Jadi Mesin Baru

Whats New
Elnusa dan Pertagas Siap Kerjakan Proyek Kolaborasi Infrastruktur Energi di Kandis Riau

Elnusa dan Pertagas Siap Kerjakan Proyek Kolaborasi Infrastruktur Energi di Kandis Riau

Whats New
Perluasan Sektor Kredit, 'Jamu Manis' Terbaru dari BI untuk Perbankan

Perluasan Sektor Kredit, "Jamu Manis" Terbaru dari BI untuk Perbankan

Whats New
Survei BI: Kebutuhan Pembiayaan Korporasi pada Kuartal I-2024 Meningkat

Survei BI: Kebutuhan Pembiayaan Korporasi pada Kuartal I-2024 Meningkat

Whats New
Stranas Bisnis dan HAM, Upaya Pemerintah Lindungi Pekerja dalam Praktik Bisnis

Stranas Bisnis dan HAM, Upaya Pemerintah Lindungi Pekerja dalam Praktik Bisnis

Whats New
Soal Boks Mainan Megatron 'Influencer' Rusak, Ini Penjelasan Bea Cukai dan DHL

Soal Boks Mainan Megatron "Influencer" Rusak, Ini Penjelasan Bea Cukai dan DHL

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com