Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

2017, Inflasi Pangan Jadi Tantangan

Kompas.com - 31/12/2016, 18:16 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Kenaikan harga minyak dunia usai kesepakatan OPEC dan negara produsen di luar kartel untuk membatasi produksi dinilai bakal mempengaruhi inflasi tahun depan.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menuturkan, pemerintah kemungkinan akan melakukan sejumlah penyesuaian harga (administered price) seperti tarif tegangan listrik, lantaran hal tersebut.

Kemungkinan itu, kata Darmin, akan menjadi tantangan inflasi di tahun 2017. Akan tetapi, tantangan inflasi yang bersumber dari administered price itu akan bisa dikendalikan jika inflasi pangan (volatile food) terkendali.

“Jadi, kita akan betul-betul berjuang (kendalikan volatile food), karena mau tidak mau ada adjustment di administered price,” kata Darmin ditemui usai menutup perdagangan bursa 2016, di Gedung Bursa Efek Jakarta, Jumat (30/12/2016).

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati mengatakan, dua hal yang menjadi kunci pengendalian inflasi pangan tahun depan adalah menggenjot produksi dalam negeri dan stabilitas nilai tukar.

Stabilitas nilai tukar diperlukan karena sejumlah komoditas pangan strategis masih didatangkan dari luar seperti daging sapi, gula, jagung, dan gandum-ganduman atau sereal.

“Indonesia tidak bisa mengendalikan kenaikan harga minyak dunia. Jadi kalau pemerintah tidak ada upaya stabilitasi pangan memang berat untuk daya beli masyarakat. Kunci untuk stabilitasi pangan ya bagaimana produksi ini dipacu,” kata Enny kepada kompas.com, Sabtu (31/12/2016).

Sebagai contoh untuk daging sapi, Enny mengatakan, pemerintah sebetulnya hanya perlu konsisten menjalankan kebijakan yang bisa memicu peningkatan produksi petani, seperti melalui skim Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS).

“Kemarin ada KUPS, tetapi sekarang hilang lagi. Sementara kredit pembiayaan yang ada saat ini masih konvensional dan tidak ada yang sesuai kebutuhan (peternak),” jelas Enny.

Stabilitas nilai tukar 

Sementara itu untuk komoditas pangan yang memang masih harus menggantungkan impor, Enny menekankan stabilitas rupiah sangat penting untuk dijaga.

Setidaknya ada empat faktor yang berpengaruh terhadap volatilitas nilai tukar secara fundamental dan berpotensi menimbulkan spekulasi.

Pertama, kenaikan suku bunga acuan Federal Reserve. “Jadi kan Fed memang pasti menaikkan suku bunga. Tetapi, kenaikannya kapan dan berapa, ini kan tidak ada satu pun yang bisa mengalkulasi secara tepat. Tentu ini akan memicu spekulasi,” kata Enny.

Kedua, harga minyak mentah dunia yang pasti naik. Namun, sama halnya dengan suku bunga the Fed, sampai level berapa kenaikan harga minyak mentah ini belum ada yang bisa memastikan, sehingga memicu spekulasi.

Ketiga, ekspor Indonesia yang masih mengandalkan ekspor komoditas pun rawan membuat nilai tukar tidak stabil.

Kabar buruknya lagi, harga komoditas diperkirakan belum akan pulih benar lantaran ekonomi China yang masih lemah.

“Ditambah lagi, yang keempat, sejauh mana pemerintah mampu mengerem mengeluarkan surat utang. Ini juga akan mempunyai dampak terhadap potensi fluktuasi rupiah,” pungkas Enny.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perputaran Uang Judi Online di RI sampai Rp 327 Triliun Setahun

Perputaran Uang Judi Online di RI sampai Rp 327 Triliun Setahun

Whats New
Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Whats New
Pasca Akuisisi BPR, KoinWorks Fokus Inovasi dan Efisiensi Tahun Ini

Pasca Akuisisi BPR, KoinWorks Fokus Inovasi dan Efisiensi Tahun Ini

Whats New
Lion Air Bantah 2 Pegawai yang Ditangkap Menyelundupkan Narkoba Merupakan Pegawainya

Lion Air Bantah 2 Pegawai yang Ditangkap Menyelundupkan Narkoba Merupakan Pegawainya

Whats New
Indofarma Akui Belum Bayar Gaji Karyawan Periode Maret 2024, Mengapa?

Indofarma Akui Belum Bayar Gaji Karyawan Periode Maret 2024, Mengapa?

Whats New
Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Spend Smart
Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Whats New
Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Work Smart
Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Work Smart
Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Whats New
Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Whats New
HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

Rilis
Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Whats New
Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com