Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perajin Sepatu Lokal Keluhkan Serbuan Produk Impor

Kompas.com - 04/01/2017, 07:00 WIB
Pramdia Arhando Julianto

Penulis

BOGOR, KOMPAS.com — Para pelaku industri kecil dan menengah (IKM) alas kaki di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, mengeluhkan banyaknya produk sepatu impor yang membuat sepatu buatan IKM lokal kalah saing di pasaran.

Kepala Koperasi Sandal Sepatu Bogor (Kosebo), Mamun, mengatakan, IKM di wilayah Desa Mekar Jaya, Kecamatan Ciomas, Bogor, telah ada sejak tahun 1969 yang hingga kini usaha tersebut menjadi turun-menurun.

Namun, seiring perkembangan zaman dan persaingan pada era globalisasi, IKM di kawasan tersebut mengalami pasang surut pesanan sepatu dari pelanggan.

Dia mengeluhkan, saat ini kondisi pasar sepatu lokal kurang memihak kepada pelaku IKM Ciomas. Sebab, salah satu lapak atau pusat perdagangan sepatu di Bogor, yaitu Pasar Anyar, tidak lagi menguntungkan bagi kalangan IKM alas kaki Ciomas.

Dia menegaskan, hal ini terjadi karena produk lokal kalah bersaing dengan produk impor yang membanjiri pasaran.

"Di sini yang (pusat) terbesar di Indonesia cuma di Pasar Anyar. Sepatu (dari) China juga dijual di Pasar Anyar, sekarang lebih dari separuhnya. Gara-gara itu (pengusaha) banyak yang mati suri," kata Mamun saat kunjungan kerja Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto ke IKM Ciomas, Bogor, Selasa (3/1/2017).

Dia mengakui, secara kualitas memang sepatu impor lebih memiliki kualitas dan harga yang murah jika dibandingkan produk lokal.

"Kualitas (sepatu China) lebih bagus dan lebih murah. Mereka kerja gunakan mesin, kalau kami kan handmade," ujarnya.

Mamun menambahkan, selain persoalan daya saing produk IKM, yang menjadi persoalan pengembangan IKM di Ciomas adalah akses permodalan dan juga akses pasar terhadap produk.

"Jadi, yang dibutuhkan itu pemasaran, modal pun kalau enggak ada pesan ya percuma, mau dikasih modal besar juga percuma, hanya akan memperluas kemiskinan," kata dia.

"Sebab, bunga bank setiap bulan jalan terus. Kalau kita enggak bisa mengelola, buat apa, ada modal, tetapi enggak ada orderan (pesanan). Jadi, yang diinginkan itu pesanan yang pasti, baru ditunjang dengan modal," katanya.

Selain itu, dia berharap, ke depan pemerintah sebagai pemangku kepentingan agar membantu para pelaku IKM dapat mengembangkan bisnisnya, salah satunya dengan kebijakan yang memberikan akses pasar dan peningkatan pesanan.

"Yang diharapkan itu peraturan daerah (perda) dikeluarkan, PNS, pelajar di sini pakai produk Ciomas, sudah dengan itu bisa hidup semua," kata dia.

"Jadi, bukan cuma tempat dan modal saja karena tempat sekarang tidak menjamin dapat order. Makanya, harus ada pesanan. Insya Allah kami bisa bikin dengan kualitas dan garansi," katanya.

Berdasarkan data Kemenperin pada tahun 2012, impor produk alas kaki 387 juta dollar AS. Angka tersebut naik 8,5 persen dari tahun sebelumnya sebesar 357 juta dollar AS.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggung Utang Proyek Kereta Cepat Whoosh, KAI Minta Bantuan Pemerintah

Tanggung Utang Proyek Kereta Cepat Whoosh, KAI Minta Bantuan Pemerintah

Whats New
Tiket Kereta Go Show adalah Apa? Ini Pengertian dan Cara Belinya

Tiket Kereta Go Show adalah Apa? Ini Pengertian dan Cara Belinya

Whats New
OJK Bagikan Tips Kelola Keuangan Buat Ibu-ibu di Tengah Tren Pelemahan Rupiah

OJK Bagikan Tips Kelola Keuangan Buat Ibu-ibu di Tengah Tren Pelemahan Rupiah

Whats New
Pj Gubernur Jateng Apresiasi Mentan Amran yang Gerak Cepat Atasi Permasalahan Petani

Pj Gubernur Jateng Apresiasi Mentan Amran yang Gerak Cepat Atasi Permasalahan Petani

Whats New
LPEI dan Diaspora Indonesia Kerja Sama Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

LPEI dan Diaspora Indonesia Kerja Sama Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

Whats New
Unilever Tarik Es Krim Magnum Almond di Inggris, Bagaimana dengan Indonesia?

Unilever Tarik Es Krim Magnum Almond di Inggris, Bagaimana dengan Indonesia?

Whats New
Simak 5 Cara Merapikan Kondisi Keuangan Setelah Libur Lebaran

Simak 5 Cara Merapikan Kondisi Keuangan Setelah Libur Lebaran

Earn Smart
Studi Kelayakan Kereta Cepat ke Surabaya Digarap China, KAI: Kita Enggak Ikut

Studi Kelayakan Kereta Cepat ke Surabaya Digarap China, KAI: Kita Enggak Ikut

Whats New
Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Bisa Berimbas ke Harga Barang Elektronik

Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Bisa Berimbas ke Harga Barang Elektronik

Whats New
Pendaftaran UM-PTKIN 2024 Sudah Dibuka, Ini Link, Jadwal, hingga Alurnya

Pendaftaran UM-PTKIN 2024 Sudah Dibuka, Ini Link, Jadwal, hingga Alurnya

Whats New
Rincian Harga Emas di Pegadaian Hari Ini 23 April 2024

Rincian Harga Emas di Pegadaian Hari Ini 23 April 2024

Spend Smart
Pembentukan Badan Penerimaan Negara Masuk Dokumen Rencana Kerja Pemerintah 2025

Pembentukan Badan Penerimaan Negara Masuk Dokumen Rencana Kerja Pemerintah 2025

Whats New
Neraca Dagang RI Kembali Surplus, BI: Positif Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi

Neraca Dagang RI Kembali Surplus, BI: Positif Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi

Whats New
Sambut Putusan MK soal Sengketa Pilpres, Kadin: Akan Berikan Kepastian bagi Dunia Usaha

Sambut Putusan MK soal Sengketa Pilpres, Kadin: Akan Berikan Kepastian bagi Dunia Usaha

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di CIMB Niaga hingga BCA

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di CIMB Niaga hingga BCA

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com