Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Langkah Bank Indonesia Tahan Suku Bunga Dinilai Tepat

Kompas.com - 17/03/2017, 08:12 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Keputusan Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga BI 7-day repo rate sebesar 4,75 persen ketika bank sentral Amerika Serikat (AS) mengerek suku bunga acuan, dinilai sangat tepat.

Ekonom Bahana Securities Fakhrul Fulvian mengatakan, BI menetapkan suku bunga tak berubah karena melihat kondisi fundamental ekonomi Indonesia masih menunjukkan pemulihan.

Selain itu, ekspektasi kenaikan rating Indonesia dari Standard and Poors masih memberikan sentimen positif terhadap pasar keuangan Indonesia.

''Urgensi untuk pengetatan kebijakan moneter belum ada, mengingat tendensi re-rating dari pasar keuangan pra kemungkinan naiknya rating Indonesia dari S&P akan membuat arus modal masuk berlanjut,'' kata Fakhrul kepada Kompas.com lewat keterangan tertulis, Jumat (17/3/2017).

''Hal ini akan membuat sentimen positif untuk rupiah, saham, dan obligasi masih akan berlanjut hingga pertengahan tahun ini,'' jelas Fakhrul.

(Baca: Meski Ada Risiko, BI Pertahankan Suku Bunga Acuan 4,75 Persen)

Risiko Inflasi Global

Kendati demikian, Fakhrul melihat BI tentu mencermati naiknya tekanan inflasi di pasar global, yang pada akhirnya akan mempercepat siklus pengetatan moneter di negara-negara maju. Hal itu tentunya akan berdampak pada penguatan dollar AS.

"Sementara itu, inflasi di dalam negeri masih terjaga sesuai dengan target sekitar tiga hingga lima persen, meski ada tekanan kenaikan dari harga yang diatur pemerintah khususnya dari kenaikan tarif listrik," ucap Fakhrul.

Dengan meningkatnya inflasi global dan mulai dikuranginya stimulus di Eropa, Bahana Securities memperkirakan dalam beberapa bulan ke depan risiko pengetatan moneter tidak hanya akan datang dari AS saja tetapi juga dari Uni Eropa.

"Meski demikian ancaman kenaikan suku bunga dari negara-negara maju ini, tidak perlu terlalu dikhawatirkan, sepanjang pemerintah bisa mempertahankan dan melanjutkan pemulihan ekonomi yang sedang berjalan saat ini,'' kata Fakhrul.

Pemulihan Berlanjut

Dewan Gubernur BI meyakini pemulihan ekonomi akan berlanjut, yang tercermin pada pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2017 yang diperkirakan tumbuh relatif tetap kuat dari kuartal sebelumnya.

Pertumbuhan tersebut terutama ditopang oleh investasi, konsumsi yang masih kuat serta kinerja ekspor yang positif seiring dengan kenaikan harga komoditas dunia.

Sehingga BI meyakini pertumbuhan ekonomi sepanjang 2017, akan berada pada kisaran 5 persen-5,4 persen.

Pemulihan ekonomi juga tercermin pada peningkatan permintaan kredit pada Januari yang tumbuh sebesar 8,3 persen secara tahunan, lebih tinggi dari pencapaian akhir 2016, yang hanya tumbuh sebesar 7,9 persen.

Sementara itu pembiayaan ekonomi dari pasar modal baik, dengan penerbitan saham perdana atau initial public offering (IPO) dan rights issue, maupun melalui penerbitan obligasi korporasi dan medium term note (MTN) masih memperlihatkan peningkatan.

Sebagai informasi, Rapat Dewan Gubernur BI kemarin Kamis (16/3/2017) memutuskan suku bunga acuan tetap tak berubah untuk yang kelima kali. 

Hal itu dilakukan setelah rapat dewan gubernur bank sentral AS, the Federal Open Market Committee (FOMC) atau yang akrab disebut The Fed memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) sebesar 0,25 persen menjadi 1 persen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Whats New
Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Whats New
Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Whats New
Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Spend Smart
Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Whats New
Heran Jasa Tukar Uang Pinggir Jalan Mulai Menjamur, BI Malang: Kurang Paham Mereka Dapat Uang Dari Mana...

Heran Jasa Tukar Uang Pinggir Jalan Mulai Menjamur, BI Malang: Kurang Paham Mereka Dapat Uang Dari Mana...

Whats New
Dongkrak Performa, KAI Logistik Hadirkan Layanan 'Open Side Container'

Dongkrak Performa, KAI Logistik Hadirkan Layanan "Open Side Container"

Whats New
Sumbangan Sektor Manufaktur ke PDB 2023 Besar, Indonesia Disebut Tidak Alami Deindustrialisasi

Sumbangan Sektor Manufaktur ke PDB 2023 Besar, Indonesia Disebut Tidak Alami Deindustrialisasi

Whats New
Harga Bahan Pokok Jumat 29 Maret 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Harga Bahan Pokok Jumat 29 Maret 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Whats New
Modal Asing Kembali Cabut dari RI, Pekan Ini Nilainya Rp 1,36 Triliun

Modal Asing Kembali Cabut dari RI, Pekan Ini Nilainya Rp 1,36 Triliun

Whats New
Kerap Kecelakaan di Perlintasan Sebidang, 5 Lokomotif KA Ringsek Sepanjang 2023

Kerap Kecelakaan di Perlintasan Sebidang, 5 Lokomotif KA Ringsek Sepanjang 2023

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com