Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Trump Bahas "Obamacare", Wall Street Ditutup Melemah Tipis

Kompas.com - 24/03/2017, 07:03 WIB

NEW YORK, KOMPAS.com - Bursa AS ditutup melemah di akhir perdagangan Kamis waktu setempat atau Jumat (24/3/2017) dini hari waktu Indonesia.

Pelemahan Wall Street terjadi seiring dengan ditundanya pembahasan mengenai kebijakan asuransi kesehatan atau yang dikenal dengan "Obamacare" oleh pemerintahan Donald Trump.

Kegagalan pembahasan mengenai asuransi kesehatan ini akan menjadi catatan bagi  kemampuan pemerintahan Trump dalam menjalankan agenda lainnya, yang butuh kerja sama dengan kongres yang dikuasai oleh Republikan, termasuk agenda pemangkasan pajak dan investasi di sektor infrastruktur.

Parlemen AS dijadwalkan akan mengambil suara untuk menentukan kelanjutan dari kebijakan tersebut.

Indeks Dow Jones Industrial ditutup turun tipis 0,02 persen di level 20.656,58 poin, sedangkan indeks S&P 500 kehilangan 0,11 persen menjadi 2.345,96. Sementara itu, indeks Nasdaq turun 0,07 persen ke posisi 5.817,69.

"Jika pembahasan kebijakan asuransi kesehatan ditunda, atau tidak ada suara, kita akan melihat reaksi pasar yang mengerikan," ujar Jake Dollarhide, CEO Longbow Asset Management di Tulsa. "Namun, jika mereka berhasil melakukan voting pada pagi hari dan pemerintahan Trump bisa melewatinya, kita akan melihat pasar reli," lanjut dia.

Salah satu penyumbang pelemahan pasar adalah saham induk perusahaan Google, Alphabet (GOOGL.O) yang turun 1,19 persen. Hal itu terjadi menyusul banyaknya perusahaan yang menarik video iklan mereka karena khawatr dianggap turut menyebar ajakan kekerasan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Reuters
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com