JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memerintahkan adanya investigasi terhadap negara-negara mitra dagang yang membuat AS mengalami defisit perdagangan.
Menanggapi hal itu, pemerintah Indonesia memilih untuk menunggu sikap lanjutan AS. Namun bukan berarti pemerintah diam dan tidak mempersiapkan diri.
"Kami akan buat list apa sih (komoditi ekspor Indonesia) yang berpotensi dipermasalahkan (AS)," ujar Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita di Kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, Jakarta, Selasa (4/4/2017).
Perintah Donald Trump itu bertujuan untuk melindungi perekonomian AS dari praktik dumping yakni praktik manipulasi dagang sehingga harga barang di luar negeri jauh lebih murah dari harga normal di negara produsen.
Selama ini, surplus perdagangan Indonesia-AS lebih dirasakan oleh Indonesia. AS justru lebih banyak mengimpor barang dari Indonesia ketimbang ekspornya.
Enggartiasto sendiri mengatakan barang ekspor Indonesia ke AS terdiri dari banyak komoditas. Bahkan AS adalah negara tujuan ekspor terbesar Indonesia.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2016, nilai ekspor Indonesia ke AS mencapai 15,6 miliar dollar AS sedangkan impor hanya 7,2 miliar dollar AS.
Artinya neraca perdagangan Indonesia surplus 8,4 milliar dollar AS. Sementara neraca dagang dengan mitra dagang besar lainya yakni Tiongkok, Indonesia mengalami defisit 15,6 miliar dollar AS. Adapun dengan Jepang, neraca perdagangan Indonesia hanya surplus 0,3 miliar dollar AS.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.