Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ady Pangerang
Pegiat Fintech

Anggota Asosiasi Fintech Indonesia & CEO Bareksa.com

Daya Ungkit Industri Pasar Modal Lewat Kolaborasi "Fintech"

Kompas.com - 11/04/2017, 12:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAprillia Ika

Minimnya jumlah investor lokal yang berkecimpung di industri pasar modal Indonesia saat ini menjadi tolok ukur minat masyarakat untuk berinvestasi.

Menilik budaya menabung, meski saat ini dana masyarakat yang terkumpul di perbankan mencapai Rp 4.836 triliun  (Statistik Perbankan Indonesia Desember 2016, Otoritas Jasa Keuangan), nilai ini ternyata tidak lebih dari 35 persen PDB Indonesia.

Hal ini menunjukkan bahwa masalah utama di industri pasar modal bukan hanya rendahnya pengetahuan tentang investasi atau pentingnya menyisihkan uang, melainkan gaya hidup masyarakat yang cenderung konsumtif.

Grafik: Dana Pihak Ketiga Perbankan Indonesia Dibandingkan PDB

World Bank Grafik: Dana Pihak Ketiga Perbankan Indonesia Dibandingkan PDB
Sumber: World Bank (http://data.worldbank.org/indicator/NY.GNS.ICTR.ZS?locations=ID)

Situasi ini berbanding terbalik dengan Singapura. Simpanan masyarakat di bank tidak begitu besar (sekitar 46 persen berdasarkan data World Bank), namun perbandingan nilai investasi reksa dana di pasar modal terhadap PDB Singapura mencapai 591persen.

Hal ini mendorong tingginya pendapatan per kapita Singapura (sekitar 87.100 dollar AS per kapita), karena masyarakat tidak hanya memperoleh pendapatan dari gaji pekerjaan, melainkan juga dari imbal hasil investasi.

Grafik: Rasio Nilai Investasi Reksa Dana di Pasar Modal terhadap PDB & Jumlah Investor terhadap Populasi Penduduk, 2015 (dalam  persen)

Bareksa.com Grafik: Rasio Nilai Investasi Reksa Dana di Pasar Modal terhadap PDB & Jumlah Investor terhadap Populasi Penduduk, 2015 (dalam %)
Sumber: Bareksa.com; Diolah dari data OJK, Bank Sentral Indonesia, Malaysia, Singapura & Amerika

Tren tingkat suku bunga bank yang terus menyusut di tengah melonjaknya biaya hidup, minimnya pengetahuan tentang alternatif instrumen investasi, serta kurangnya akses terhadap pasar modal, menjadi faktor utama rendahnya minat masyarakat Indonesia untuk berinvestasi. Mereka pun menjadi lebih senang berinvestasi dalam bentuk yang berwujud, seperti properti.

Padahal melalui produk investasi pasar modal, masyarakat berkesempatan untuk memperoleh hasil investasi yang lebih tinggi dan mudah dicairkan, karena transaksinya aman dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Produk reksa dana pasar uang, yang risikonya paling kecil di antara produk pasar modal lainnya, saat ini bisa memberikan potensi kenaikan imbal hasil bersih sebesar 6 persen-7 persen per tahun (tanpa dipotong pajak). Nilai minimum investasinya pun kecil, dimulai dari Rp 100.000, sehingga siapa pun bisa menikmati imbal hasil tersebut.

"Fintech" Mengejar Ketertinggalan Industri Pasar Modal

Dibutuhkan peningkatan dan kemudahan akses terhadap pasar modal guna mendorong kebiasaan masyarakat untuk berinvestasi. Per akhir Maret 2017, sebanyak 85 perusahaan manajer investasi dan 129 perusahaan sekuritas telah memperoleh izin dari OJK  (Statistik Pasar Modal 2017, Otoritas Jasa Keuangan).

Tetapi mayoritas perusahaan tersebut berlokasi di Jakarta dan tidak memiliki cabang di daerah. Hambatan ini mengakibatkan rendahnya penyampaian informasi terkait pasar modal ke masyarakat luas.

Seiring dengan kemajuan teknologi yang mendorong peningkatan penetrasi internet, upaya untuk membangun pasar modal pun meningkat, khususnya untuk produk reksa dana.

Pemasaran produk reksa dana pun kini dapat dilakukan secara online, dimana salah satu perusahaan pasar modal berbasis teknologi yang menjadi pionir di bidang ini adalah Bareksa.com.

Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com