Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Negeri Bahari dan Optimalisasi Koperasi Nelayan

Kompas.com - 16/04/2017, 11:46 WIB

                                          Oleh : May Kurniawan Sanjaya  

Kondisi geografis Indonesia sebagai sebuah negara yang memiliki lautan sangat luas merupakan hal yang patut disyukuri. Seperti diketahui bersama wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri dari 1/3 daratan dan 2/3 lautan.

Hal tersebut merupakan potensi tersendiri yang dimiliki Indonesia sebagai Negara maritim khususnya dalam bidang perekonomian. Selain wilayah laut yang luas, potensi lainnya yakni memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia, terumbu karang yang sangat indah dan beragam yang masuk dalam wilayah segitiga terumbu karang dunia, serta beragam kekayaan sumberdaya kelautan dan perikanan.

Potensi bidang kelautan dan perikanan yang ada tersebut bisa menjadi tulang punggung perekonomian nasional. Harapannya, nelayan-nelayan hidup sejahtera dan daerah pesisir-pesisir kita maju.

Pemanfaatan potensi tersebut tentu sangat berkaitan dengan pelaku aktivitas ekonomi yang tak lain dan tak bukan adalah para nelayan. Karena itu, nelayan sebagai pelaku ekonomi sudah semestinya mendapat perlindungan dari Negara.

Dalam praktik ekonomi saat ini, para nelayan seringkali masih diposisikan sebagai objek dari model bisnis ekonomi kapitalisme yang dijalankan. Hal tersebut tentu sangat merugikan para nelayan khususnya berkaitan dengan kesejahteraan mereka.

Presiden Joko Widodo selalu menggelorakan visi Indonesia sebagai poros martim dunia. Karena itu, diperlukan suatu sistem ekonomi yang melindungi para nelayan sehingga dapat mendapat akses dalam persaingan di pasar secara penuh.

Sistem ekonomi yang demikian dapat direalisasikan dalam bentuk koperasi nelayan. Koperasi merupakan bentuk sistem ekonomi gotong royong yang menekankan pada pemerataan kerja dan pembagian hasil sehingga akan meminimalisir ketimpangan sosial dan ekonomi.

Sistem koperasi sebagai bentuk realisasi UUD 1945 Asli yang terkandung dalam pasal 33 ayat (1) menyatakan bahwa ‘’Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan’’.

Optimalisasi koperasi berdasarkan asas kekeluargaan tersebut sangat dibutuhkan dan perlu dukungan penuh dari pemerintah. Adapun koperasi nelayan ini sangat berguna sebagai ‘’rumah berteduh’’ dari kencangnya angin kapitalisme perkonomian.

Di lain pihak koperasi nelayan dapat mengakomodasi aktifitas ekonomi nelayan untuk dapat menjadi tuan di lautan sendiri.

Pendirian koperasi ini pun sejalan dengan agenda untuk mewujudkan visi Indonesia sebagai poros maritim dunia yang selalu digalakkan oleh Presiden Joko Widodo.

Maka koperasi nelayan harus di mendapat dukungan penuh dari Negara untuk memperkuat sendi perekonomian masyarakat di pesisir.

Seiring berkembangnya teknologi dan persaingan global diharapkan koperasi nelayan dapat memberikan dukungan logistik secara komprehensif kepada sumber daya manusia dengan berbasis teknologi dalam bidang peralatan, industrialisasi pengolahan dan pemasaran produk perikanan.

Dengan demikian optimalisasi koperasi nelayan yang mendapat dukungan penuh dari pemerintah dapat mewujudkan efektifitas perekonomian maritim nusantara sehingga Indonesia dapat menjadi poros maritim dunia dengan kondisi nelayannya yang mandiri dan sejahtera.

Seperti yang dikatakan oleh Bung Karno bahwa ketika Indonesia sudah merdeka, maka untuk cakupan yang lebih luas, Bung Karno mengenalkan konsep berdikari yakni berdiri di atas kaki sendiri.

Ia menghendaki Indonesia bisa berdikari di bidang ekonomi tanpa bergantung dengan negara lain. Namun perlu diingat juga, “tidak bergantung” bukan berarti “tidak bekerja sama” dengan pihak lain.

dok pribadi May Kurniawan Sanjaya
Penulis merupakan Ketua DPC Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Kota Depok dan Anggota Koperasi Himpunan Masyarakat Nelayan Indonesia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com