Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Praktik Rentenir Masih Membelenggu Pedagang Pasar?

Kompas.com - 06/05/2017, 14:30 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis

UNGARAN, KOMPAS.com - Bisnis peminjaman uang dengan bunga sangat tinggi atau praktik rentenir hingga saat ini masih marak di sejumlah pasar tradisional. Banyak pedagang yang terbelit utang lantaran sulit mengembalikan pinjaman ke rentenir.

Sebagai perusahaan milik pemerintah daerah yang bergerak d isektor ekonomi dan perbankan, BPR BKK Ungaran kerap bersinggungan dengan praktik rentenir dalam menyalurkan program kredit mikro kepada para pedagang pasar tradisional.

"Seperti yang kita ketahui praktik rentenir itu masih merajalela di pasar-pasar. Ini terbukti ketika petugas kita di lapangan selalu berbenturan dengan mereka,” Kata Dirut BPR BKK Ungaran Drajat Aditya, Jumat (5/5/2017).

Menurut Drajat, eksistensi rentenir di pasar-pasar tradisional ini tidak lepas dari paradigma yang berkembang di kalangan para pedagang. Yakni, bahwa proses pengajuan pinjaman di bank yang rumit.

Misalnya saja, proses pengajuan pinjaman di bank harus disertai dengan agunan yang sesuai. Padahal, BPR BKK Ungaran memiliki program kredit mikro yang membidik sasaran utama para pedagang pasar tradisional.

"Sesuai arahan dari Pak Gubernur dan Pak Bupati kami mendapat tugas untuk membantu para pedagang di pasar-pasar tradisional. Mereka bisa mengajukan pinjaman modal tanpa menggunakan agunan apapun," ujarnya.

Adapun syarat utama yang harus disediakan dari calon nasabah, jelasnya, yaitu memiliki Kartu Identitas Pedagang dan Kartu Tanda Penduduk (KTP).

Drajat mengatakan, sejak awal 2017 ini pihaknya melakukan jemput bola dengan menawarkan program kredit mikro dengan suku bunga yang sama dengan KUR (Kredit Usaha Rakyat) kepada para pedagang. Yaitu sembilan persen pertahun atau 0,75 persen perbulannya.

"Suku bunga rendah ini bukan dari subsidi pemerintah, melainkan sistem subsidi internal. Memang jumlahnya masih terbatas. Namun kita berfikir itu salah satu jalan untuk memerangi rentenir," tandasnya.

Adapun besaran pinjaman kredit mikro ini dibatasi maksimal Rp 25 juta. Hingga memasuki kuartal I 2017, tercatat sudah lebih dari 100 nasabah. Sedangkan nilai kredit yang telah disalurkan mencapai Rp 1 miliar.

"Analoginya kalau Rp 1,2 miliar sudah kami kucurkan rata-rata pinjam Rp 5 juta sampai Rp 10 juta sudah lebih dari 100 nasabah,” ujarnya.

Hingga akhir 2017, pihaknya menargetkan Rp 3 miliar-Rp 4 miliar miliar tersalurkan ke para pedagang pasar melalui program kredit tersebut.

Menaikkan PAD

 

Sementara itu Kabag Perekonomian Pemkab Semarang, Heru Cahyono mengatakan, program kredit usaha mikro ini pada akhirnya dapat membantu meningkatkan PAD (Pendapatan Asli Daerah).

Melalui kredit bunga rendah dan tanpa agunan tersebut diharapkan usaha para pedagang pasar akan berkembang.

"Program ini sangat dinanti pedagang karena selama ini pedagang saat ingin pinjam di bank kendalanya kan agunan," kata Heru.

(Baca: Presiden RI : Jangan Lagi Pinjam Modal ke Rentenir)

Kompas TV Terbelit Rentenir, Sopir Pribadi Ini Curi Kartu Kredit

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Transformasi Digital, BRI BRI Raih Dua 'Award' dalam BSEM MRI 2024

Transformasi Digital, BRI BRI Raih Dua "Award" dalam BSEM MRI 2024

Whats New
Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Whats New
SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

Whats New
Saat Sri Mulyani Sampai Turun Tangan Urusi Kasus Alat Tunanetra SLB yang Tertahan Bea Cukai

Saat Sri Mulyani Sampai Turun Tangan Urusi Kasus Alat Tunanetra SLB yang Tertahan Bea Cukai

Whats New
Emiten Manufaktur Kosmetik VICI Catat Pertumbuhan Laba Bersih 20 Persen Menjadi Rp 47,1 Miliar pada Kuartal I-2024

Emiten Manufaktur Kosmetik VICI Catat Pertumbuhan Laba Bersih 20 Persen Menjadi Rp 47,1 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Jalankan Fungsi Perlindungan Masyarakat, Bea Cukai Banten Berantas Peredaran Barang Ilegal

Jalankan Fungsi Perlindungan Masyarakat, Bea Cukai Banten Berantas Peredaran Barang Ilegal

Whats New
Impor Bahan Baku Tepung Kini Cukup dengan Dokumen Laporan Surveyor

Impor Bahan Baku Tepung Kini Cukup dengan Dokumen Laporan Surveyor

Whats New
BUAH Bakal Tebar Dividen, Ini Besarannya

BUAH Bakal Tebar Dividen, Ini Besarannya

Whats New
Kementerian ESDM Tetapkan Harga Biodiesel Naik Jadi Rp 12.453 Per Liter

Kementerian ESDM Tetapkan Harga Biodiesel Naik Jadi Rp 12.453 Per Liter

Whats New
Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup Sampai Hari Ini

Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup Sampai Hari Ini

Whats New
Turun, Inflasi April 2024 Capai 3 Persen

Turun, Inflasi April 2024 Capai 3 Persen

Whats New
Harga Tiket Kereta Api 'Go Show' Naik Mulai 1 Mei

Harga Tiket Kereta Api "Go Show" Naik Mulai 1 Mei

Whats New
SMGR Kantongi Laba Bersih Rp 471,8 Miliar pada Kuartal I-2024 di Tengah Kontraksi Permintaan Semen Domestik

SMGR Kantongi Laba Bersih Rp 471,8 Miliar pada Kuartal I-2024 di Tengah Kontraksi Permintaan Semen Domestik

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di Bank Mandiri hingga BRI

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di Bank Mandiri hingga BRI

Whats New
Kasbon Digital Dinilai Bisa Jadi Solusi agar Karyawan Terhindar dari Pinjol

Kasbon Digital Dinilai Bisa Jadi Solusi agar Karyawan Terhindar dari Pinjol

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com