Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mentan: Saya "Merem" Saja, Swasembada Bawang Putih Bisa Tercapai

Kompas.com - 13/05/2017, 16:42 WIB
Achmad Fauzi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyatakan Indonesia mampu melakukan swasembada bawang putih.

Menurut dia, swasembada bawang tidak sulit untuk direalisasikan, karena hanya butuh lahan 100.000 hektare. Saat ini, pemerintah telah menanam bawang putih seluas 800 hektare di Temanggung, dan telah memanen hasil tanam bawang putih di daerah tersebut. 

"Maaf, kami nggak boleh takabur, tetapi nggak terlalu sulit untuk swasembada bawang putih hanya butuh 100.000 hektar. Kalau padi kan 15-16 juta hektar, jagung 6-7 juta hektare. Kalau bawang cuma (butuh lahan) 100.000 hektare, saya merem selesai," ujar Mentan Amran saat ditemui di Pasar Induk Cipinang Jakarta, Sabtu (13/5/2017).

Amran menuturkan, saat ini tidak ada peraturan yang melarang untuk impor bawang putih. Sehingga, pasokan bawang putih di Indonesia lebih banyak dari impor negara asing.

Maka dari itu, Amran telah melakukan revisi Peraturan Menteri Pertanian Nomor 86 Tahun 2013 tentang Rekomendasi Impor Produk Hortikultura.

Dalam revisi, tersebut, para importir diwajibkan untuk menanam bawang putih dengan luas 5 persen dari kuota impor. Para importir juga akan bermitra dengan petani lokal dalam menanam bawang putih.

"Ini masih impor karena sudah terlanjut kita buka rekomendasi. Revisi permentan juga sudah saya teken. Isinya perlonggaran ada speknya untuk bawang putih masuk ke indonesia, sehingga ada harga stabil ya," jelas dia.

Sementara itu, Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian, Spudnik Sujono menambahkan, nantinya impotir akan menanam bawah putih dengan perhitungan 5 persen dikalikan jumlah kuota impor para impor.

Kemudian akan kembali dibagi 6. Setelah dibagi, akan ditemukan berapa jumlah luas tanam bawang putih yang harus dilakukan importir.

Menurut Spudnik, angka 6 tersebut diasumsikan bahwa 1 hektare lahan akan mendapatkan 6 ton bawang putih.

"Misalnya kuotanya 1.000 ton dikali 5 persen jadi 50 habis itu dibagi 6 itu 8 komaan. Jadi 8 komaan hektar itu yang dia tanam dengan bermitra dengan petani. Jadi bukan dia (importir) yang tanam," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com