JAKARTA, KOMPAS.com - Serangan siber berjenis Ransomware WannaCry menyerang setidaknya 150 negara dan ratusan ribu perangkat jadi korban. Serangan ini menyerang sistem operasi berbasis Windows yang belum diperbarui dengan baik.
Beberapa perusahaan dan instansi global menjadi korban Ransomware WannaCry. Meskipun demikian, sistem teknologi informasi (TI) perbankan di Tanah Air dianggap aman dari kemungkinan serangan siber.
Analis forensik digital Ruby Alamsyah menjelaskan, sistem operasi server yang dimiliki perbankan tergolong aman dan rutin diperbarui. Ini berbeda dengan sistem operasi yang diincar Ransomware WannaCry, yakni yang umum dan kurang ter-update dengan baik.
"Sistem TI perbankan dalam isolated network, tidak terhubung ke internet secara langsung. Sistem TI perbankan juga dilengkapi firewall dan perangkat keamanan TI lainnya," jelas Ruby kepada Kompas.com, Senin (15/5/2017).
Meskipun demikian, Ruby memperingatkan agar perbankan juga tetap waspada dengan risiko serangan siber yang bisa terjadi kapan saja. Pasalnya, bisa saja serangan siber lain terjadi dalam waktu dekat.
Ruby menyatakan, perbankan maupun lembaga dan perusahaan lainnya perlu memiliki tim incident respond yang bisa berpikir tak biasa alias out of the box. Salah satunya, imbuh dia, adalah dengan cara proaktif di dunia hacking underground dan intelijen.
"Agar dapat mengetahui jauh lebih cepat bila ada rencana peluncuran exploit-exploit baru lainnya," ujar Ruby.
Dengan begitu, mitigasi risiko akan jauh lebih efektif dan akan dapat meminimalisir risiko yang mungkin akan terjadi.
(Baca: Sistem TI Perbankan Aman dari "Ransomware WannaCry," tetapi...)
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.