JAKARTA, KOMPAS.com - Tak kurang dari 100 negara di seluruh dunia kini terjangkit virus ransomware baru bernama WannaCry. Di Indonesia, program jahat itu mulai menyerang beberapa rumah sakit sejak Jumat (12/5/2017) pekan ini.
Tak berlebihan jika sebelumnya Direktur Jenderal Aplikasi dan Informati Kementerian Komunikasi dan Informatika, Semuel Abrijani Pangerapan, menyebut serangan ransomeware WannaCry sebagai bentuk “terorisme cyber”.
(Baca: Jangan Remehkan Ransomware "WannaCry")
WannaCry sendiri sebenarnya tak menyasar rumah sakit dengan sengaja. Virus itu menyebar secara acak, cepat, dan meluas, atau bisa disebut sebagai “program jahat yang tak pandang bulu”.
Di Indonesia, virus Ransomware WannaCry sempat memakan korban salah satu Rumah Sakit di Jakarta. Tak hanya itu, dilaporkan ada ribuan alamat internet protokol (IP) yang ikut terinfeksi.
Psikolog Seto Mulyadi menilai, meskipun kondisi di Indonesia saat ini dinyatakan sudah aman, tapi bukan tak mungkin kondisi ini membuat sang korban terkena dampak psikologis.
Menurut dia, adanya imbauan dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) melalui SMS broadcast untuk waspada saat menyalakan komputer maupun terhubung ke internet membuat masyarakat terus bertanya apakah akan ada serangan lanjutan dari virus ini.
Hal itu membuat masyarakat dalam kondisi waspada akan adanya serangan lanjutan dari virus siber ini.
Kondisi ini, dalam pandangan Seto Mulyadi, bisa memberikan dampak yang cukup serius. Mulai dari kepanikan masyarakat, bahkan katanya, bisa-bisa sampai menimbulkan gangguan jiwa bagi yang menjadi korban.
Benarkah demikian?
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.