Tekfin atau “teknologi finansial” mengacu pada inovasi teknologi yang muncul di sektor keuangan, termasuk inovasi dalam hal literasi dan edukasi keuangan, ritel perbankan, investasi dan mata uang elektronik (cryptocurrencies). Bagi pengusaha dan perusahaan start-up, tekfin merupakan mutiara di gurun pasir yang menawarkan berbagai layanan, yang membuat transaksi keuangan menjadi lebih murah dan efisien bagi pengembangan suatu usaha.
Dalam kurun waktu 10 tahun, pelaku usaha tekfin melonjak dari 850 menjadi 3.100 perusahaan. Investasi pada industri tekfin – terutama di Asia Pasifik melonjak dari sekitar 880 juta dollar AS di 2014 menjadi hampir 3,5 miliar dollar AS di 9 bulan pertama tahun 2015 .
Tahun lalu, secara global investasi di industri tekfin mencapai 22 miliar dollar AS, naik 75 persen. Di Asia Pasifik bahkan naik empat kali lipat mencapai 4,3 miliar dollar AS dimana mayoritas berasal dari China (1,97 miliar dollar AS) dan India (1,65 miliar dollar AS).
Hal ini menunjukkan semakin terbukanya akses pendanaan bagi start-up dengan potensi terbesar untuk menawarkan solusi mereka ke pasar.
Industri tekfin dinilai positif dan Visa percaya tekfin akan berhasil di berbagai wilayah Asia. Di Indonesia, menurut laporan Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH), terdapat sedikitnya 157 perusahaan start-up tekfin yang saat ini beroperasi dan telah mencapai nilai transaksi sebesar lebih dari 18 miliar dollar AS. Angka ini dipercaya akan terus meningkat sejalan dengan potensi pasar yang sangat besar . Pemerintah Indonesia juga mendorong institusi perbankan dan non perbankan untuk berkolaborasi dengan para pelaku tekfin.
Perusahaan tekfin memiliki karakter yang lincah dan dapat bergerak cepat. Mereka digerakkan oleh ide perubahan di dunia digital, yang mengubah budaya dan kemampuan secara bersamaan. DNA perusahaan tekfin dan start-up adalah inovasi. Mereka dibentuk untuk mendobrak dan menawarkan layanan baru secara cepat dan terus berubah dari masa ke masa. Sementara, perusahaan besar memiliki aset berupa branding yang kuat, neraca keuangan yang cermat, basis konsumen yang luas, izin operasi, dan berbagai aset penting lainnya untuk dapat tumbuh di kondisi apapun.
Dengan pesatnya perkembangan teknologi, tekfin diharapkan dapat masuk berkompetisi melalui kemitraan dengan berbagai perusahaan, institusi keuangan dan lembaga pemerintahan untuk menciptakan solusi mutakhir. Kami menyadari bahwa kolaborasi adalah kunci utama untuk menjamin inovasi ini terwujud, tidak semua hal dapat dibangun sendiri.
Bagaimana jika dengan menggunakan sesuatu yang dibangun di tempat lain tercapai hasil yang lebih cepat dan murah?
Kebanyakan pengalaman end-to-end terjadi antar domain. Hal yang awalnya sulit untuk dilakukan, saat ini sudah menjadi lebih mudah. Application Programming Interface/API memungkinkan perusahan untuk berkolaborasi, membangun dari inovasi yang sudah ada. API memungkinkan perusahaan fokus memilih satu elemen kemudian menghubungkannya dengan elemen untuk mendapatkan perspektif yang lebih luas. Atau, membangun fokus sendiri dan menghubungkannya dengan yang lain untuk mendapatkan perspektif yang lebih luas.
Menurut Accenture, 71 persen dari perusahaan berharap agar API dapat diadopsi antar industri dalam waktu dua tahun ke depan sejak 2015 . Meski transformatif, API hanyalah sebuah platform. Nilai dari suatu API sangat bergantung pada kualitas elemen yang terkoneksi di dalamnya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.