JAKARTA, KOMPAS.com - Salah satu alasan pemerintah merencanakan pemindahan ibu kota Indonesia dari Jakarta adalah untuk pemerataan pembangunan antara Jawa dengan luar Jawa.
Hanya saja, Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati memandang pemindahan ibu kota bukan langkah yang tepat untuk mewujudkan pemerataan pembangunan.
"Coba kita bayangkan misalnya, pusat kegiatan bisnis di Kuala Lumpur, setelah pusat pemerintahan Malaysia pindah (dari Kuala Lumpur) ke Putrajaya, apakah (pertumbuhan) ekonomi pindah ke Putrajaya?," kata Enny, kepada wartawan, di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (8/7/2017).
"Apakah ibu kota India dari Mumbai dipindah ke New Delhi (pertumbuhan ekonomi pindah ke New Delhi), termasuk (pertumbuhan ekonomi) New York dan Washington DC?"
(Baca: Menurut INDEF, Jakarta Masih Layak Jadi Ibu Kota)
Enny menjelaskan, hal yang mempengaruhi pertumbuhan sebuah kota berkembang adalah pembangunan infrastruktur ekonomi. Bukan justru mendorong kota tersebut menjadi pusat pemerintahan.
Seharusnya, lanjut dia, pemerintah membangun infrastruktur ekonomi di daerah luar Jawa, seperti Kalimantan dan Sumatera.
"Membangun hilirasi industri di sana, sehingga penyebaran industri tidak terpusat di Jawa. Ini kan semua bahan baku dari luar Jawa, tapi industrinya di Jawa," kata Enny.
Pemerataan pembangunan, lanjut dia, tidak akan tercapai jika pemerintah tidak membangun infrastruktur di lokasi ibu kota baru.
Terlebih, saat ini, teknologi semakin maju. Korporasi besar yang selalu berhubungan dengan pemerintah pusat belum tentu akan membangun kantor perwakilan di ibu kota baru.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.