JAKARTA, KOMPAS.com - Banyan Investment Banking & Hedge Fund Statutory Trust menggandeng dua perusahaan teknologi asal Indonesia, PT Eidara Matadata Presisi Dan PT Aeroterra untuk pengembangan karbon kredit di Kenya.
Banyan sendiri sudah merambah Kenya denggan membangun kantor pusat regionalnya di Nairobi pada Mei 2024, yang sekaligus menjadi operasi regional kedua di Afrika setelah Cape Town.
Representative Banyan Investment Banking & Hedge Fund Statutory Trust, Thana Balan mengatakan, dalam proyek ini, kedua perusahaan RI akan terlibat menjadi penyedia teknologi utama untuk melaksanakan pilot project dalam mengembangkan data deposit karbon di Kenya.
"Ini upaya peremajaan bumi melalui penggunaan teknologi perangkat lunak dan keras untuk menganalisis dan mengukur data tanah menggunakan drone berbasis kecerdasan buatan," ujarnya dalam konferensi pers di Hotel Kempinski Jakarta, Kamis (6/6/2024).
"Teknologi canggih ini dapat memberikan data geografis secara real-time yang akurat untuk mengukur deposit karbon di area survei tanah," imbuh Balan.
Baca juga: Jualan Karbon Kredit dari Alam, RI Bisa Untung Rp 112,5 Triliun Per Tahun
Ia menuturkan, kerja sama ini menunjukkan bahwa pihaknya siap memberikan semua dukungan teknis dan teknologi yang dibutuhkan untuk menyediakan data real-time mengenai kondisi aktual kesehatan area lahan yang dipilih sebagai proyek percontohan, serta untuk mengukur deposit kredit karbon dengan akurat.
Menurut Balan, saat ini merupakan waktu yang ideal untuk melaksanakan proyek lingkungan tersebut, mengingat pemerintah Kenya baru-baru ini menghadapi penangguhan program pelestarian kredit karbon oleh Veera, lembaga sertifikasi kredit karbon terbesar di dunia.
"Kami yakini teknologi drone AI ini memiliki kapasitas untuk memberikan analisis data yang akurat sesuai dengan prosedur standar pengukuran yang ditetapkan oleh Verra," kata dia.
Baca juga: Sri Mulyani: Kredit Karbon Nantinya Bisa Diklaim di Pasar Karbon International
Di sisi lain, Banyan meluncurkan Let's Coin sebagai mata uang komplementer untuk platform pertukaran komoditas bernilai miliaran dollar. Mata uang komplementer ini berfungsi sebagai sistem barter digital untuk pertukaran barang dan jasa.
Inisiatif tersebut diyakini mendorong kerja sama internasional, dan pertemuan eksklusif dengan dimulainya era baru dalam pelestarian dan pertukaran kredit karbon global. Langkah ini juga akan memberikan kontribusi ekonomi yang besar bagi produsen dan pemerintah Kenya.
"Ini merupakan sejarah baru, dengan mengimplementasikan sistem rantai blok mata uang komplementer untuk memenuhi kebutuhan pendanaan proyek yang dipilih, menggunakan Let’s Coin sebagai mode penyelesaian pembayaran," kata Executive Chairman Banyan Investment Banking & Hedge Fund Statutory Trust, Jean Baptiste Bilala.
Baca juga: Perdagangan Karbon PLN Indonesia Power Sudah Capai 2,43 Juta Ton
Sebagai informasi, kredit karbon merupakan bagian dari perdagangan karbon. Perdagangan karbon ini diperlukan untuk menerkan emisi gas rumah kaca (GRK) yang menjadi penyebab utama pemanasan global dan perubahan iklim.
Mengutip situs Bursa Berjangka Komoditi & Derivatif Indonesia (ICDX), kredit karbon adalah representasi dari "hak" bagi sebuah perusahaan untuk mengeluarkan sejumlah emisi gas rumah kaca dalam proses industrinya.
Kredit karbon juga dapat berasal dari perusahaan yang menghasilkan emisi di bawah ambang batas yang ditetapkan pada industrinya.
Pada perdagangan karbon, pemerintah setempat akan menerbitkan kredit karbon hingga batasan tertentu.
Jika perusahaan menghasilkan emisi kurang dari kredit yang dimiliki, maka perusahaan tersebut bisa menjual kredit tersebut di pasar karbon.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.