Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Banyak Petani Merana karena Harga Porang Anjlok

KOMPAS.com - Tanaman porang atau porang tanaman tengah naik daun di kalangan petani. Pamornya semakin melejit setelah disebut-sebut Presiden Jokowi sebagai bahan pangan masa depan.

Dilansir dari Antara, Selasa (31/8/2021), harga porang dalam bentuk umbi kini berkisar Rp 6.500 hingga Rp 7.000 per kilogram. Harga porang mengacu pada harga di Madiun Jawa Timur yang merupakan sentra porang di Tanah Air (harga porang perkilo).

Harga umbi porang yang saat ini Rp 6.500 per kilogram itu, tinggal setengahnya dari tahun lalu yang mencapai Rp 13.000 per kilogram. Kondisi tersebut membuat petani merugi.

"Harapannya ada patokan harga porang, baik bibit hingga panen. Rugi besar, terutama bagi petani pemula. Sebab, harga bibit saat beli mahal, sedangkan pas panen anjlok," ujar salah satu petani porang asal Desa Klangon, Kecamatan Saradan di Madiun.

Pihaknya mengaku kaget dengan anjloknya harga panen komoditas ekspor andalan tersebut. Yakni, sampai 50 persen dari harga sebelumnya.

Karena itu, petani tanaman porang di Kecamatan Saradan memilih menunda panen porangnya di lahan sekitar 1.500 hektare.

"Semoga pemerintah bisa mencari solusi untuk patokan harga porang," tambahnya.

Petani porang lainnya, Kolis, juga mengungkapkan hal yang sama. Untuk menyiasati harga porang yang turun, petani mencoba menjualnya dalam bentuk chip.

Untuk membuat chips porang tanaman, umbi porang setelah panen diiris tipis-tipis ukuran sekitar 1 sentimeter dengan alat khusus. Setelah itu, irisan porang tersebut dijemur selama beberapa hari hingga kering guna menghilangkan kadar air.

Setelah kering sempurna, chips porang siap dijual ke pengepul untuk disetorkan ke pabrik dan diolah menjadi tepung porang.

"Harga panen umbi porang sebelumnya mencapai Rp 10.000 per kilogram. Namun, sekarang ini turun ke harga Rp 7.000 per kilogram (harga porang perkilo)," ujar Kolis.

Seperti diketahui, porang telah menjadi komoditas primadona di Kabupaten Madiun untuk diekspor ke Jepang, China, dan sejumlah negara lainnya.

Porang tersebut diekspor dalam bentuk olahan chips (irisan tipis) kering, yang harganya sekitar Rp 55.000 per kilogram. Selain itu juga dalam bentuk tepung porang yang nilai jualnya bisa mencapai Rp 100.000 hingga Rp 150.000 per kilogram.

Karena sangat ekonomis, banyak warga di sejumlah daerah yang menanam porang. Hal itu terlihat dari tren kenaikan luas lahan selama lima tahun terakhir.

Di Kabupaten Madiun contohnya, pada 2016 di Kabupaten Madiun terdapat 1.484 hektare lahan porang tanaman. Setahun kemudian bertambah menjadi 1.536 hektare dan pada 2018 mencapai 1.568 hektare.

Pada 2019 luas lahan tanaman porang mengalami lonjakan drastis menjadi 3.465 hektare. Kemudian, tahun 2020 bertambah menjadi seluas 5.363 hektare, dan dimungkinkan terus bertambah.

Porang di Kalimantan

Hal yang serupa juga terjadi di Kalimantan Selatan. Ketua Asosiasi Petani Porang Kalsel, Joni Sulistianto, membenarkan bahwa harga porang berkisar Rp 7.000 per kilogram.

"Harga umbi basah saat ini kisaran Rp 7000 per kilogram. Sedangkan untuk chip kering (ekspor) Rp 60 ribu per kilogram," kata Joni Sulistianto dikutip dari Tribunnews.

Dijelaskan dia, saat ini untuk Kalsel, perluasan budidaya 2021 sangat Luar biasa. Terlebih di Balangan para kawan petani sangat bergairah untuk tanam porang.

Hasil panen porang tanaman banyak diekspor ke Jepang. Di Kalsel sendiri, sudah ada perusahaan yang bersedia membeli hasil panen petani.

Dibanggakan Jokowi

Sebelumnya, Presiden Jokowi meminta pengembangan komoditas pertanian terus diperluas guna menggenjot roda perekonomian dari sektor tersebut.

Porang menjadi salah satu komoditas pertanian yang diminta Jokowi untuk dikembangkan secara serius. Komoditas ini dinilai memiliki potensi pengembangan yang sangat besar.

"Minggu kemarin saya melihat yang namanya porang, ini bisa menjadi komoditas baru yang memberikan nilai tambah bagi petani," kata Jokowi dalam gelaran Rakornas Pengendalian Inflasi 2021, 25 Agustus 2021 lalu.

"Porang betul-betul saya kira ke depan sangat menjanjikan, pasarnya masih sangat besar," tambah dia.

Oleh karenanya, selain menjaga produksi komoditas tersebut, Jokowi menginstruksikan agar porang terus dikembangkan sehingga dapat menghasilkan produk dengan nilai tambah.

"Baik berupa kosmetik, berupa beras, atau makanan lainnya," ujar dia.

Dengan masih merebaknya pandemi, sektor pertanian dinilai perlu ditingkatkan lagi kualitasnya agar dapat menciptakan nilai tambah.

Sebab, pertanian menjadi salah satu sektor yang masih dapat tumbuh positif di tengah pelemahan ekonomi akibat pandemi.

Hal itu terefleksikan dengan masih tumbuhnya produk domestik bruto (PDB) sektor pertanian pada kuartal I-2021 dan kuartal II-2021, masing-masing sebesar 2,95 persen secara year on year (yoy) dam 0,38 persen yoy.

"Saya yakin di kuartal III sektor pertanian juga masih tumbuh lebih baik lagi, karena potensi pasar tetap masih sangat besar, baik di dalam negeri maupun untuk ekspor ke luar," kata Jokowi.

Untuk memberikan nilai tambah terhadap perekonomian nasional, komoditas-komoditas pertanian masih perlu pengembangan lebih lanjut, sehingga dapat menjadi produk yang lebih bernilai.

"Kita harus serius menggarap ini, bukan hanya untuk meningkatkan nilai tukar petani dan kesejahteraan petani, tetapi untuk menghasilkan sebuah lompatan, sehingga sektor pertanian memiliki kontribusi yang semakin besar dalam menggerakan mesin pertumbuhan ekonomi," ucap Jokowi.

https://money.kompas.com/read/2021/08/31/094611826/banyak-petani-merana-karena-harga-porang-anjlok

Terkini Lainnya

Destry Damayanti: Kondisi Global Tidak Pasti, Stabilitas Nilai Tukar Rupiah Perlu Dipertahankan

Destry Damayanti: Kondisi Global Tidak Pasti, Stabilitas Nilai Tukar Rupiah Perlu Dipertahankan

Whats New
Pengusaha Konveksi: Jika Permendag 8/2024 Tak Diubah, Industri Kecil Menengah Mati

Pengusaha Konveksi: Jika Permendag 8/2024 Tak Diubah, Industri Kecil Menengah Mati

Whats New
Menunda Tapera untuk Pekerja

Menunda Tapera untuk Pekerja

Whats New
Lowongan Kerja BUMN Kliring Berjangka untuk Lulusan S1 Hukum, Simak Persyaratannya

Lowongan Kerja BUMN Kliring Berjangka untuk Lulusan S1 Hukum, Simak Persyaratannya

Work Smart
Mei Deflasi, BPS: Bukan Disebabkan Pelemahan Daya Beli Masyarakat

Mei Deflasi, BPS: Bukan Disebabkan Pelemahan Daya Beli Masyarakat

Whats New
Tapera Dinilai Bisa Gerus PDB dan Bikin 466.830 Pekerjaan Hilang

Tapera Dinilai Bisa Gerus PDB dan Bikin 466.830 Pekerjaan Hilang

Whats New
CPNS 2024 Segera Dibuka, Apa Saja Dokumen yang Dibutuhkan?

CPNS 2024 Segera Dibuka, Apa Saja Dokumen yang Dibutuhkan?

Whats New
Hadirkan Produk Inovatif untuk Solopreneur, Bank Saqu Raih 1 Juta Nasabah dalam 6 Bulan

Hadirkan Produk Inovatif untuk Solopreneur, Bank Saqu Raih 1 Juta Nasabah dalam 6 Bulan

Whats New
JR Connexion Kembali Beroperasi, Simak Jadwal Barunya

JR Connexion Kembali Beroperasi, Simak Jadwal Barunya

Whats New
Tahun Ini, PNM Targetkan Kredit Ultra Mikro Rp 72 Triliun

Tahun Ini, PNM Targetkan Kredit Ultra Mikro Rp 72 Triliun

Whats New
IHSG Ditutup Naik Tembus 7.000 Lagi, Rupiah Menguat

IHSG Ditutup Naik Tembus 7.000 Lagi, Rupiah Menguat

Whats New
Presdir Jahja Setiaatmadja 'Serok' Saham BBCA Senilai Rp 1,98 Miliar

Presdir Jahja Setiaatmadja "Serok" Saham BBCA Senilai Rp 1,98 Miliar

Whats New
Komisi XI DPR Sepakat Destry Damayanti Jabat Deputi Gubernur Senior BI Periode Dua

Komisi XI DPR Sepakat Destry Damayanti Jabat Deputi Gubernur Senior BI Periode Dua

Whats New
BRI Insurance Catat Pertumbuhan Premi Bruto 40,49 Persen pada Kuartal I 2024

BRI Insurance Catat Pertumbuhan Premi Bruto 40,49 Persen pada Kuartal I 2024

Rilis
Usai Jalani 'Fit and Proper Test', Destry Damayanti: Alhamdulilah Lancar...

Usai Jalani "Fit and Proper Test", Destry Damayanti: Alhamdulilah Lancar...

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke