Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wapres: Harga Gas Proyek Tangguh Harus Ditinjau Lagi

Kompas.com - 06/03/2008, 18:57 WIB

JAKARTA, KAMIS - Pemerintah akan mengizinkan penambahan investasi di Proyek LNG Tangguh di Teluk Bintuni, Papua Barat. Namun, Pemerintah akan meminta sejumlah syarat yang lebih menguntungkan bangsa Indonesia, yaitu dengan meninjau harga gas alamnya.

Harga gas yang diminta harus mengikuti fluktuasi harga gas dunia. Demikian disampaikan Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla, menjawab pers, seusai menerima Utusan Khusus Perdagangan dan Investasi Kerajaan Inggris, Pangeran Andrew di Istana Wapres, Jakarta, Kamis (6/3).  

"Sebenarnya semua orang ingin meningkatkan investasinya di Proyek Tangguh. Jadi, bukan hanya BP Indonesia saja. Keinginan itu, tentu, selalu boleh. Akan tetapi, sekarang ini pemerintah ingin syarat-syarat yang lebih bagus buat bangsa ini. Syaratnya, di antaranya harga dan sebagainya yang harus dilihat, ujar Wapres Kalla," tanpa merinci harga gasnya.

Menurut Wapres, harga gas alam yang diminta harus mengikuti harga gas dunia. "Kita juga tengah mengupayakan, bagaimana gas alam dari Tangguh itu juga bisa digunakan lebeih banyak lagi untuk kepentingan energi nasional," tambah Wapres.

Tentang harga gas alam Tangguh yang dijual oleh ke Fujian, China, Wapres Kalla mengakui memang harganya rendah. "Kita terus mengupayakan, supaya bagaimana harga gas itu dapat disesuaikan lagi semaksimal mungkin," lanjut Wapres Kalla. 

BP Indonesia

Menyinggung mengenai hasil pertemuannya dengan Pangeran Andrew, Wapres Kalla mengatakan, sebagai duta perdangan dan investasi, Pangeran Andrew berupaya mencari kesempatan dan mencari produk-produk Inggeris yang bisa dipasarkan di Indonesia.

"Investasi Inggris di sini, kan sangat besar, khususnya di bidang energi, seperti BP Indonesia di Papua Barat dan Rio Tinto, selain juga investasi perminyakan lainnya. Bagi Indonesia yang penting adalah memberikan persepsi yang bagus bahwa Indonesia ini tempat yang sangat baik untuk investasi itu," jelas Wapres Kalla. 

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com