Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Dollar AS Akan Terus Menguat?

Kompas.com - 09/06/2009, 12:41 WIB

KOMPAS.com — Di luar dugaan, mengawali bulan Juni ini data tingkat pengangguran AS mengalami penurunan yang mengejutkan mengingat resesi yang terus-menerus menghantam perekonomian AS. Melambatnya laju pemangkasan tenaga kerja memberikan sinyal positif bagi pelaku pasar yang mendorong pasar kembali mengoleksi mata uang dollar AS.

Sebelumnya pelaku pasar sudah mulai mengantisipasi membaiknya kondisi tenaga kerja AS dengan mengacu pada survei dari lembaga swasta dari data automatic data processor (ADP) Employer Index. Data ini sudah memberikan sinyal bahwa tingkat pengangguran di AS mengalami penurunan, sehingga pelaku pasar perlahan-lahan mulai mengurangi posisi short dollar AS di pasar.

Berkurangnya posisi short dollar AS mendorong mata uang ini merangkak naik setelah sempat terpuruk karena pelaku pasar beralih ke aset berisiko, seperti komoditas dan mata uang yang memberikan yield (hasil imbal) lebih tinggi. Namun, situasinya mulai agak berubah terkait membaiknya data-data ekonomi di AS, khususnya yang paling berpengaruh adalah data tenaga kerja.

Membaiknya data-data ekonomi ini mendorong pasar membuat prediksi bahwa Bank Sentral AS (The Fed) akan mulai menaikkan suku bunga yang saat ini level-nya mendekati nol persen.

Apakah dollar AS akan terus mengalami penguatan? Memang ada kecenderungan ke arah sana, tetapi sepertinya masih jauh dari harapan karena data tenaga kerja AS sendiri merupakan lagging indicator (data sebelumnya/data bulan lalu) yang bisa menjadi acuan untuk masa mendatang tetapi bisa mengalami perubahan besar seiring waktu berjalan.

Pelaku pasar belum melihat terciptanya lapangan kerja baru, tetapi yang mereka lihat hanya berkurangnya pemangkasan tenaga kerja. Dengan kata lain sektor tenaga kerja jauh dari proses pemulihan.

Defisit anggaran juga masih menjadi kekhawatiran besar bagi ekonomi AS, defisit anggaran AS mencapai 1,8 triliun dollar AS yang dapat mendorong yield obligasi naik yang bisa jadi akan mendorong The Fed kembali membuat program pembelian terhadap aset untuk menurunkan yield obligasi.

Besarnya nilai defisit anggaran AS ini jelas menciptakan situasi yang berbahaya bagi ekonomi karena proses pemulihan bisa tidak bergerak sesuai dengan rencana. Jadi, defisit yang begitu besar yang harus menjadi beban ekonomi akan mendorong para investor melepas dollar dan beralih ke mata uang negara lain yang memiliki neraca perdagangan lebih bagus.

Secara teknikal sebenarnya proses penguatan dari dollar AS dianggap wajar dengan besarnya pelemahan yang telah dialami, ada proses koreksi yang alami yang terjadi di pasar. Di samping itu mata uang khususnya di wilayah Eropa memang memiliki masalah internal di negara masing-masing. Inggris misalnya masih dihantui seputar isu politik di kabinet Perdana Menteri Gordon Brown yang mendapat tekanan untuk mundur dari 3 menteri di kabinetnya.

Wilayah Eropa juga menghadapi beberapa masalah yang sedikit memengaruhi tingkat kepercayaan. Situasi-situasi ini akan membatasi penguatan dari mata uang Eropa baik euro maupun poundsterling.

Apa yang bisa kita simpulkan dari informasi di atas adalah bahwa penguatan dollar hanya besifat sementara karena negara ekonomi terbesar dunia ini masih harus berjuang dengan masalah defisit dan pelemahan mata uang Eropa sendiri lebih banyak dipengaruhi oleh masalah internal. Perlu juga dicermati bahwa data positif AS biasanya mendorong bursa saham Wall Street kembali naik dan sekaligus menggerakkan pasar kembali memburu aset berisiko yang erat kaitannya dengan penguatan mata uang khususnya sterling dan euro.

Grafik poundsterling menunjukkan posisi pelemahan yang signifikan terhadap dollar AS. Berdasarkan Fibonacci Retracement, mata uang ini berpotensi menyentuh level 61,8 persen di kisaran 1,57 dollar AS baru kemudian kembali bisa test atau bergerak di atas 1,60 dollar AS. Jika level 61,8 persen terlewati maka bisa berlanjut ke area 1,54 dollar AS. (Johannes Ginting/Analis PT Monex Investindo Futures)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com