Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BI: Pacu Kompetisi Penurunan Bunga Kredit

Kompas.com - 13/08/2009, 19:37 WIB

 

KEDIRI, KOMPAS.com - Di dalam era dimana pengelolaan bank dikembalikan kepada manajemen yang sehat dari perbankan itu sendiri, proses penurunan bunga kredit perbankan tidak bisa dipaksakan.

Hal yang bisa dilakukan adalah dengan memacu kompetisi penurunan bunga kredit antarbank, mengingat upaya persuasif berupa himbauan kurang efektif.

Pernyataan itu disampaikan Deputi Gubernur Bank Indonesia Budi Mulya menanggapi desakan sejumlah pihak kepada Bank Indonesia untuk mengatasi lambannya proses penurunan bunga kredit perbankan.

"Penurunan BI Rate yang sejak Desember 2008 sebesar 300 basis poin itu sebenarnya memberikan ruang kepada perbankan untuk menyesuaikan landing rate (bunga kredit) setelah dia menghitung cost of fund (biaya dana). Bahwa hingga sekarang landing rate penurunannya tidak sebesar penurunan BI Rate, perbankan punya pertimbangan resiko," ujarnya disela acara serah terima jabatan Pemimpin Bank Indonesia Kediri dan rapat konsolidasi dengan perbankan Jawa Timur di Kota Kediri, Kamis (13/8).

Dalam delapan bulan terakhir, penurunan bunga bank, terutama bunga kredit, tidak berjalan normal. BI Rate, yang menjadi acuan bunga bank sudah turun 300 basis poin sejak Desember 2008 sehingga posisinya pada Agustus 2009 menjadi 6,5 persen.

Namun, suku bunga kredit hanya turun 50-100 basis poin sehingga posisinya masih di level 13-14 persen (Kompas 13/8). Tetap tingginya bunga kredit membuat pemulihan ekonomi lamban karena sektor riil enggan mengambil kredit untuk ekspansi usaha.

Budi Mulya mengatakan industri perbankan di tanah air tengah mengalami konsolidasi sejak masa krisis kemarin. Ada tekanan dari resiko, ada penurunan permintaan, ada peningkatan Non Performing Loan (NPL) dan permasalahan lain. Sementara dari sisi Demand (permintaan), juga tidak cukup tinggi sehingga pertumbuhan kredit tidak besar.

Penurunan bunga kredit perbankan tidak sebesar penurunan BI Rate karena ada faktor resiko dan biaya dana yang masih ting gi. Mayoritas Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan terkonsentrasi kepada deposan yang mayoritas pihaknya tidak banyak. Jadi ada resiko likuiditas pada bank di dalam upaya menurunkan cost of fund melalui penurunan bunga deposito (deposit rate).

"Ada resiko disitu, oleh karena ada resiko, bank pun harus hati-hati. Barangkali hati-hatinya ini yang cukup lama. Kita berharap sudah waktunya bank mengambil langkah. Sebab jika berlarut, akan menambah berat bagi perekonomian nasional," katanya.

Tantangan dan masalah

Masih di kesempatan yang sama, Budi Mulya mengatakan tantangan kedepan dan permasalahan yang harus dihadapi di sector ekonomi masih menumpuk. Konteks yang dimaksud adalah dampak krisis ekonomi yang begitu luas dan dalam, membuat proses pemulihan ekonomi be rlangsung lamban.

Pertumbuhan ekonomi di tahun 2009 diperkirakan hanya 4,0 persen, lebih lambat dibanding tahun 2008 sebesar 6,1 persen. Sementara IHK (Indeks Harga Konsumen) di tahun 2009 diperkirakan dapat berada di bawah 5 persen, dan baru berpotensi meningkat di tahun 2010 seiring terjadinya pemulihan ekonomi dan kenaikan harga komoditas di pasar internasional.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Djagad Prakasa Dwialam Ditunjuk Jadi Dirut Kimia Farma

Djagad Prakasa Dwialam Ditunjuk Jadi Dirut Kimia Farma

Whats New
S&P 500 dan Nasdaq 'Rebound' Ditopang Kenaikan Harga Saham Nvidia

S&P 500 dan Nasdaq "Rebound" Ditopang Kenaikan Harga Saham Nvidia

Whats New
Home Credit Indonesia Hadir di Jakarta Fair 2024, Simak Penawarannya

Home Credit Indonesia Hadir di Jakarta Fair 2024, Simak Penawarannya

Spend Smart
Sri Mulyani-Tim Prabowo Suntik Kepercayaan Pasar, Rupiah Tak Lagi Terkapar

Sri Mulyani-Tim Prabowo Suntik Kepercayaan Pasar, Rupiah Tak Lagi Terkapar

Whats New
Kembangakan Energi Hijau, TAPG dan Aisin Takaoka Bentuk Joint Venture Company

Kembangakan Energi Hijau, TAPG dan Aisin Takaoka Bentuk Joint Venture Company

Whats New
Saham Airbus Sempat Menukik Hampir 12 Persen, Apa Sebabnya?

Saham Airbus Sempat Menukik Hampir 12 Persen, Apa Sebabnya?

Whats New
Minat Masyarakat Belanja di Toko dengan 'Paylater' Tumbuh Pesat

Minat Masyarakat Belanja di Toko dengan "Paylater" Tumbuh Pesat

Whats New
'Fintech Lending' Easycash Tunjuk Nucky Poedjiardjo Jadi Dirut

"Fintech Lending" Easycash Tunjuk Nucky Poedjiardjo Jadi Dirut

Whats New
Fenomena 'Makan Tabungan' Terjadi di Kelas Menengah Bawah, Ini Penyebabnya

Fenomena "Makan Tabungan" Terjadi di Kelas Menengah Bawah, Ini Penyebabnya

Whats New
Kemenperin: Hilirisasi Rumput Laut Punya Potensi Pasar Rp 193 Triliun

Kemenperin: Hilirisasi Rumput Laut Punya Potensi Pasar Rp 193 Triliun

Whats New
Hadapi Kredit Macet, OJK Minta Penyelenggara 'Paylater' Perkuat Mitigasi Risiko

Hadapi Kredit Macet, OJK Minta Penyelenggara "Paylater" Perkuat Mitigasi Risiko

Whats New
PT Pamapersada Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1 Berpengalaman, Simak Persyaratannya

PT Pamapersada Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1 Berpengalaman, Simak Persyaratannya

Work Smart
Beban Besar Prabowo-Gibran Menanggung Utang Pemerintahan Sebelumnya

Beban Besar Prabowo-Gibran Menanggung Utang Pemerintahan Sebelumnya

Whats New
Jurus Sri Mulyani Tolak Tawaran Investasi Berkedok Penipuan

Jurus Sri Mulyani Tolak Tawaran Investasi Berkedok Penipuan

Whats New
Hasil Riset: Pengguna 'Pay Later' Didominasi Laki-laki

Hasil Riset: Pengguna "Pay Later" Didominasi Laki-laki

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com