Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

FTA ASEAN-China dan Deindustrialisasi

Kompas.com - 21/12/2009, 06:35 WIB

Penetrasi barang China

Industri yang mengolah bahan baku domestik harus digalakkan, all out. Sentra-sentra industri harus ditata ulang agar terintegrasi dengan sumber bahan baku. Pengembangan teknologi juga difokuskan ke arah sana. Pendek kata, segala upaya harus dikerahkan. Harus totalitas.

Hanya berkeluh kesah dan meratap tak akan mengubah peruntungan. Modal dasar kita cukup memadai untuk mengembangkan jurus-jurus jitu dan siasat.

Merengek minta penangguhan implementasi Perjanjian Perdagangan Bebas (Free Trade Agreement/FTA) ASEAN-China bisa- bisa saja, tetapi jangan sampai menangguhkan penyelesaian pekerjaan rumah yang seharusnya sudah kita rampungkan jauh hari.

Bukankah efek penangguhan hanya berdampak marginal mengingat rata-rata tarif bea masuk Indonesia sudah bertahun-tahun di bawah 10 persen?

Kalaupun penetrasi barang-barang dari China bisa kita hadang dengan penangguhan, barang-barang sejenis akan masuk dari negara-negara ASEAN lainnya karena ASEAN Free Trade Area sudah lebih maju selangkah.

Volume perdagangan intra-ASEAN pada tahun 2008 sudah mencapai hampir setengah triliun dollar AS. Negara-negara besar semakin merapat ke ASEAN. Perdagangan ASEAN dengan Jepang, Uni Eropa, China, dan Amerika Serikat sudah hampir 800 miliar dollar AS. Ditambah dengan Korea, India, Australia, dan Selandia Baru, angkanya sudah menembus 1 triliun dollar AS.

Pilihan yang rasional ialah lebih mengintegrasikan perekonomian kita dengan dinamika regional. Asia sudah terbukti merupakan kawasan yang paling dinamis di dunia dan telah menjadi tulang punggung utama pertumbuhan ekonomi dunia.

Kesempatan untuk maju lebih cepat semakin terbuka kalau kita menjadi bagian dari regional production network, bukan sebaliknya menjauh karena rendah diri.

Tentu saja pengintegrasian diri kita tak serupa dengan cara Singapura ataupun Malaysia. Sebab, kita memiliki potensi pasar domestik yang relatif besar dengan kondisi geografis yang unik dan potensi kekayaan alam beraneka.

Semua itu baru bisa terwujud sebagai kekuatan riil jikalau kita dengan penuh kesungguhan mengupayakan pengintegrasian perekonomian domestik. Selama ini kita abai merajutnya.

Faisal Basri, Pengamat Ekonomi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com