Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menabung Takkan Cukup, Mulailah Berinvestasi

Kompas.com - 18/08/2010, 13:14 WIB

KOMPAS.com - Jika Anda dan suami saat ini memikirkan untuk merencanakan dana pendidikan untuk anak atau dana pensiun, cara apa yang Anda pilih? Menabung atau investasi?

Ambil saja contoh, rencana biaya pendidikan perguruan tinggi satu anak dalam periode 18 tahun mendatang. Karena biaya kuliah selalu naik akibat inflasi, Anda perlu menyisihkan Rp 3,5 hingga Rp 6 juta per bulan dalam bentuk tabungan. Biaya ini wajib dikeluarkan dari penghasilan Anda dan suami, di luar pengeluaran rutin lainnya. Coba kalkulasi, apakah Anda dan suami memiliki kemampuan ini?

"Menabung tidak akan cukup karena adanya inflasi. Solusinya adalah investasi dengan mengambil risiko jangka panjang, di atas 10 tahun," papar perencana keuangan Ligwina Hananto, saat talkshow "Reksadana: Kenali Dulu Baru Beli" yang diadakan tabloid Kontan beberapa waktu lalu.

Ligwina menegaskan, menabung bisa dilakukan untuk kebutuhan jangka pendek, empat tahun. Misalnya untuk persiapan sekolah Taman Kanak-Kanak. Namun jika sudah menyangkut pendidikan tinggi, dibutuhkan dana yang lebih besar, dengan memperhitungkan tingkat inflasi setiap tahunnya.

"Inflasi biaya pendidikan tingkat TK-SMA bisa mencapai 20 persen per tahun. Inflasi tingkat perguruan tinggi rata-rata naik 15 persen per tahun. Sekalipun ada sekolah yang tingkat inflasinya rendah, namun uang pangkal tetap tinggi," jelas Ligwina.

Inflasi menjadi pertimbangan utama mengapa investasi menjadi solusi keuangan kelaurga. Hal ini juga berlaku pada persiapan dana pensiun. Karena jika Anda mengandalkan tabungan untuk mendapatkan dana pensiun 25 - 35 tahun mendatang, maka diperlukan Rp 75 juta - Rp 135 juta per bulan. Jumlah ini terlalu besar untuk tabungan, bukan? Rasanya gaji pegawai biasa tak mencukupi kebutuhan ini.

"Jika berusia 25 tahun, dengan berinvestasi Rp 587.000 per bulan Anda mempersiapkan dana pensiun lebih mudah. Untuk usia 35 tahun, Anda bisa berinvestasi Rp 2 juta per bulan. Keduanya mendapatkan target hasil investasi yang sama sebesar 25 persen per tahunnya," ungkap Ligwina, menjelaskan bagaimana investasi memberikan solusi keuangan lebih meringankan dan menguntungkan dibandingkan menabung untuk dana pensiun.

Berinvestasi memang berisiko, namun tegas Ligwina, risiko tidak berinvestasi lebih besar daripada investasi itu sendiri. Risiko, menurutnya, tidak dapat 100 persen dihindari namun bisa diatur. Karenanya ambil risiko jangka panjang, tambahnya.

Investasi sangat bisa diukur, dari tujuannya, risikonya, dan hasil investasinya. Karenanya tujuan Anda ingin berinvestasi menjadi penting. Tetapkan tujuan sekarang juga, buatlah perencanaan keuangan yang matang, dan pilih investasi yang tepat, jika tak ingin uang Anda tak bernilai di masa depan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

    Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

    Whats New
    Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

    Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

    Whats New
    Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

    Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

    Whats New
    Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

    Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

    Whats New
    Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

    Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

    Whats New
    Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

    Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

    Whats New
    Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

    Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

    Work Smart
    Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

    Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

    Whats New
    Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

    Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

    Whats New
    Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

    Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

    Whats New
    Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

    Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

    Whats New
    Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

    Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

    Work Smart
    Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

    Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

    Whats New
    Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

    Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

    Spend Smart
    Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

    Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

    Spend Smart
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com