Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BUMN Tidak Jadi Ambil Divestasi Newmont

Kompas.com - 18/03/2011, 15:43 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memutuskan tidak mengambil divestasi 7 persen saham PT Newmont Nusa Tenggara atau setara 271,6 juta dollar AS atau Rp 2,4 triliun. Langkah tersebut diambil karena tidak ada anak usaha BUMN yang berminat membeli saham divestasi Newmont tersebut.

Menteri BUMN Mustafa Abubakar bilang, pemerintah saat ini akan menyerahkan kewenangan divestasi saham Newmont kepada Kementerian Keuangan dan Pemerintah Daerah (Pemda) Nusa Tenggara Timur. "BUMN kali ini tidak mengambil saham Newmont," ujar Mustafa, Jumat (18/3/2011).

Akibat tidak ada perusahaan pelat merah yang membeli, maka pemerintah juga tidak melakukan pelimpahan dan tidak memberi komitmen apapun kepada anak usahanya.

Sebelumnya, Newmont sudah memberi batas waktu kepada Pemerintah Indonesia untuk menuntaskan pembayaran 7 persen saham divestasi hingga 18 Maret 2011. Namun, diakui Mustafa, hingga sehari jelang batas waktu pembayaran saham divestasi perusahaan tambang yang berbasis di Amerika Serikat itu, tak ada satu pun perusahaan BUMN yang tertarik mengambil alih.

Padahal, Kementerian telah mendorong sejumlah BUMN tambang, seperti PT Aneka Tambang Tbk dan PT Bukit Asam Tbk untuk membeli saham divestasi Newmont tersebut. Akan tetapi, pada kenyataannya, baik pihak Antam dan Bukit Asam, menolak melakukan pengambilalihan, lantaran menilai tidak sesuai dengan strategi bisnis utama (core business) perseroan.

“Memang, dulu pernah ada minat dari mereka, namun hanya minoritas. Tapi pada perkembangannya, baik Antam dan Bukit Asam membatalkan niat itu,” ujar Mustafa. (Didik Purwanto/Kontan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Djagad Prakasa Dwialam Ditunjuk Jadi Dirut Kimia Farma

Djagad Prakasa Dwialam Ditunjuk Jadi Dirut Kimia Farma

Whats New
S&P 500 dan Nasdaq 'Rebound' Ditopang Kenaikan Harga Saham Nvidia

S&P 500 dan Nasdaq "Rebound" Ditopang Kenaikan Harga Saham Nvidia

Whats New
Home Credit Indonesia Hadir di Jakarta Fair 2024, Simak Penawarannya

Home Credit Indonesia Hadir di Jakarta Fair 2024, Simak Penawarannya

Spend Smart
Sri Mulyani-Tim Prabowo Suntik Kepercayaan Pasar, Rupiah Tak Lagi Terkapar

Sri Mulyani-Tim Prabowo Suntik Kepercayaan Pasar, Rupiah Tak Lagi Terkapar

Whats New
Kembangakan Energi Hijau, TAPG dan Aisin Takaoka Bentuk Joint Venture Company

Kembangakan Energi Hijau, TAPG dan Aisin Takaoka Bentuk Joint Venture Company

Whats New
Saham Airbus Sempat Menukik Hampir 12 Persen, Apa Sebabnya?

Saham Airbus Sempat Menukik Hampir 12 Persen, Apa Sebabnya?

Whats New
Minat Masyarakat Belanja di Toko dengan 'Paylater' Tumbuh Pesat

Minat Masyarakat Belanja di Toko dengan "Paylater" Tumbuh Pesat

Whats New
'Fintech Lending' Easycash Tunjuk Nucky Poedjiardjo Jadi Dirut

"Fintech Lending" Easycash Tunjuk Nucky Poedjiardjo Jadi Dirut

Whats New
Fenomena 'Makan Tabungan' Terjadi di Kelas Menengah Bawah, Ini Penyebabnya

Fenomena "Makan Tabungan" Terjadi di Kelas Menengah Bawah, Ini Penyebabnya

Whats New
Kemenperin: Hilirisasi Rumput Laut Punya Potensi Pasar Rp 193 Triliun

Kemenperin: Hilirisasi Rumput Laut Punya Potensi Pasar Rp 193 Triliun

Whats New
Hadapi Kredit Macet, OJK Minta Penyelenggara 'Paylater' Perkuat Mitigasi Risiko

Hadapi Kredit Macet, OJK Minta Penyelenggara "Paylater" Perkuat Mitigasi Risiko

Whats New
PT Pamapersada Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1 Berpengalaman, Simak Persyaratannya

PT Pamapersada Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1 Berpengalaman, Simak Persyaratannya

Work Smart
Beban Besar Prabowo-Gibran Menanggung Utang Pemerintahan Sebelumnya

Beban Besar Prabowo-Gibran Menanggung Utang Pemerintahan Sebelumnya

Whats New
Jurus Sri Mulyani Tolak Tawaran Investasi Berkedok Penipuan

Jurus Sri Mulyani Tolak Tawaran Investasi Berkedok Penipuan

Whats New
Hasil Riset: Pengguna 'Pay Later' Didominasi Laki-laki

Hasil Riset: Pengguna "Pay Later" Didominasi Laki-laki

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com