Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mendunia dengan Tas Kain Tradisional

Kompas.com - 19/06/2011, 19:09 WIB

KOMPAS.com - Jika Anda penggemar kain-kain tradisional Indonesia, kini Anda bisa mengenakan kain tak hanya sebagai selendang, syal, atau rok. Anda juga bisa mengenakan tas dari kain tradisional. Dipadukan dengan tali yang terbuat dari kulit ular, tas cantik berlabel Kunthi Batik ini bisa jadi alternatif koleksi aksesori tradisional Anda.

Berawal dari kecintaan kepada kain tradisional, khususnya batik, Lavie Hearly mencoba mendirikan usaha tas dari kain tradisional. "Saya cinta batik dan kain tradisional lainnya. Saya juga pecinta tas. Lalu saya pikir kenapa enggak mencoba membuat tas dari kain. Akhirnya saya coba buat tidak hanya dari batik, tapi dari semua jenis kain tradisional. Ada tenun, ulos, dan songket," ujar pemilik Kunthi Batik ini saat ditemui Kompas Female.

Lavie mendapatkan kain-kain tradisional ini dari perajin-perajin di Cirebon, Indramayu, dan Pekalongan. Ia memilih daerah-daerah tersebut karena tertarik dengan corak batiknya yang berwarna-warni. Perempuan kelahiran 1982 ini juga mengikuti dan workshop pembuatan tas dari Pekalongan. Saat meluncurkan produk tasnya tahun 2008, Lavie masih menjual tas yang diproduksi oleh workshop Pekalongan, dan penjualannya masih dilakukan melalui Facebook. Setelah bisnisnya makin berkembang, pada Januari 2011 Lavie memutuskan memproduksi sendiri tas yang dijualnya dengan mendirikan workshop di rumah.

Lavie juga mendesain sendiri tas-tas yang diproduksi di workshop miliknya. "Saya desain sendiri, dengan mengadopsi model-model tas dari luar negeri juga, supaya orang tertarik. Untuk motif itu asli menggunakan kain tradisional, dan untuk talinya menggunakan kulit ular phyton dan kobra yang saya suplai dari tempat penyamakan kulit ular di Karawang," jelas Lavie.

Selain tas, Lavie juga membuat dompet dan clucth. "Awalnya saya hanya memproduksi tas, tapi karena sisa kainnya banyak, saya coba manfaatkan untuk jadi clutch, dompet, dan agenda," tambah ibu dua anak ini.

Lavie mengaku peminat produk-produk miliknya tak hanya berasal dari Indonesia. "Saya punya pelanggan dari Abu Dhabi, Belanda, Singapura, dan Malaysia. Mereka biasanya pesan secara online, lalu saya kirimkan," ungkapnya.

Berdasarkan pengalaman menjual produk ke mancanegara, Lavie mengetahui selera bangsa lain terhadap kain tradisional. Kalau orang Indonesia menyukai kain-kain yang antik, orang luar negeri justru mencari kain-kain yang lebih simpel. Namun untuk warna, selera lebih bervariasi dan tak terbatas negara.

Dengan modal awal Rp 2 juta, kini Lavie sudah bisa menjual 40 hingga 50 tas per bulan dengan kisaran harga antara Rp 300 ribu hingga Rp 3 jutaan, tergantung jenis kain dan kulit ular yang digunakan.

Lavie memberi contoh selembar kain dari Solo yang disebut kain Adik Bayi. Kain ini dibuat pada tahun 1920, dan harganya mahal karena tergolong langka. Nama Adik Bayi itu pun memiliki kisah tersendiri. Ada yang mengatakan alasannya karena kainnya halus seperti kulit bayi. Ada pula yang bilang namanya kain Adik Bayi karena ada kepercayaan kalau ingin punya anak maka harus mengenakan kain ini.

"Nilai-nilai historis seperti ini biasanya saya sampaikan kepada pembeli dari luar negeri agar mereka tahu bahwa setiap kain itu memiliki cerita, memiliki makna. Akhirnya setelah mengerti, mereka mulai memesan juga tas-tas dengan corak yang berwarna-warni dan bersejarah seperti kain Adik Bayi," ungkap Lavie.

Lavie juga tak sembarangan memilih nama untuk merek tasnya. Nama Kunthi Batik dipilihkan oleh ayah mertuanya, Agus Sudarto, seorang pelukis. Mertua Lavie menyatakan bahwa Kunthi memiliki filosofi perempuan yang bijaksana, mapan, dan mengayomi keluarga. "Mungkin itu harapan bapak mertua saya kepada saya ketika memutuskan untuk menjadi wirausaha. Semoga saya juga tetap menjadi wanita yang bijaksana dan tetap mengurusi keluarga," ujarnya.

Sebelum mendirikan Kunthi Batik, Lavie dan sahabatnya, Patricia Wanda, sempat mendirikan usaha produk perlengkapan bayi. Namun, persaingan usaha yang mulai tidak sehat karena masuknya produk-produk China membuat Lavie dan Wanda memutuskan menutup usaha mereka. Dua perempuan yang sudah saling mengenal sejak kuliah di Universitas Parahyangan Bandung ini kemudian mendirikan Kunthi Batik di tahun 2008. Ketika itu Lavie masih berstatus sebagai Counter Sales di Toyota Astra (Auto 2000). Lavie yang baru mempunyai anak memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya dan mendirikan usaha agar bisa bekerja di rumah.

Produk tas, clutch, dompet, dan agenda dari kain tradisional yang awalnya hanya dijual online, kini bisa dibeli secara langsung. Sejak 17 Juni 2011 produk-produk Kunthi Batik bisa diperoleh di Koloni (pusat belanja produk lokal) Mall of Indonesia lantai 2, Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BCA Mobile Sempat Alami Gangguan, Manajemen: Saat Ini Telah Kembali Normal

BCA Mobile Sempat Alami Gangguan, Manajemen: Saat Ini Telah Kembali Normal

Whats New
Kimia Farma Buka-bukaan Penyebab Rugi di 2023 Mulai dari Operasional hingga Anak Usaha

Kimia Farma Buka-bukaan Penyebab Rugi di 2023 Mulai dari Operasional hingga Anak Usaha

Whats New
Lowongan Kerja PT Pegadaian untuk S1, Ini Persyaratannya

Lowongan Kerja PT Pegadaian untuk S1, Ini Persyaratannya

Work Smart
Catatkan Kinerja Positif Sepanjang 2023, MSIG Life Berkomitmen Tumbuh Optimal dan Berkelanjutan

Catatkan Kinerja Positif Sepanjang 2023, MSIG Life Berkomitmen Tumbuh Optimal dan Berkelanjutan

BrandzView
2 Perusahaan Pelayaran Global Nyatakan Tertarik Berkegiatan di Makassar New Port

2 Perusahaan Pelayaran Global Nyatakan Tertarik Berkegiatan di Makassar New Port

Whats New
Tutup 5 Pabrik, Kimia Farma Kalkulasikan Jumlah Karyawan yang Terdampak PHK

Tutup 5 Pabrik, Kimia Farma Kalkulasikan Jumlah Karyawan yang Terdampak PHK

Whats New
Nestlé Indonesia Dukung Pemerintah dalam Upaya Menjaga Sumber Air

Nestlé Indonesia Dukung Pemerintah dalam Upaya Menjaga Sumber Air

BrandzView
Dorong Inklusivitas Ekonomi Digital dan Tingkatkan Akses e-Commerce di Wilayah Terpencil, Lazada Gandeng Namirah Logistic

Dorong Inklusivitas Ekonomi Digital dan Tingkatkan Akses e-Commerce di Wilayah Terpencil, Lazada Gandeng Namirah Logistic

Whats New
Kurs Rupiah Hari Ini 26 Juni 2024 di BNI hingga Bank Mandiri

Kurs Rupiah Hari Ini 26 Juni 2024 di BNI hingga Bank Mandiri

Spend Smart
BEI: Investor Pasar Modal Tembus 13 Juta

BEI: Investor Pasar Modal Tembus 13 Juta

Whats New
2 Cara Ganti PIN ATM BNI Tanpa Ribet ke Bank

2 Cara Ganti PIN ATM BNI Tanpa Ribet ke Bank

Spend Smart
KPPU Duga Google Lakukan Pelanggaran, Pemerintah Terus Godok Aturan Antimonopoli

KPPU Duga Google Lakukan Pelanggaran, Pemerintah Terus Godok Aturan Antimonopoli

Whats New
Pengguna 'Paylater' di Indonesia Didominasi Kelompok yang Sudah Menikah

Pengguna "Paylater" di Indonesia Didominasi Kelompok yang Sudah Menikah

Whats New
Berapa Persen Gaji yang Harus Ditabung?

Berapa Persen Gaji yang Harus Ditabung?

Earn Smart
BCA Mobile Alami Gangguan, Nasabah Tak Bisa Cek Saldo dan Transaksi

BCA Mobile Alami Gangguan, Nasabah Tak Bisa Cek Saldo dan Transaksi

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com