Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gejolak Pasar Saham Sementara, Fundamen Ekonomi Masih Baik

Kompas.com - 09/08/2011, 01:45 WIB

Jakarta, Kompas - Indeks Harga Saham Gabungan kembali ditutup melemah 71,377 poin atau sekitar 1,82 persen ke posisi 3.850,266 pada akhir perdagangan, Senin (8/8) sore. Itu berarti, dalam dua hari perdagangan setelah penurunan peringkat surat utang Amerika Serikat, IHSG terpangkas 6,35 persen.

Investor asing kemarin masih menjadi motor penurunan harga saham. Mereka melepas saham secara besar-besaran. Mereka lebih banyak menjual ketimbang membeli saham (net selling) sebesar Rp 1,137 triliun. Mereka menjual saham senilai Rp 3,178 triliun, sedangkan pembeliannya hanya Rp 2,041 triliun. Pada perdagangan hari Jumat lalu, mereka net selling Rp 1,23 triliun.

Meski demikian, Bank Indonesia dan pemerintah tetap yakin gejolak pasar hanya sementara. Fundamen ekonomi Indonesia mereka yakini masih baik.

Keyakinan itu kembali dikemukakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam rapat terbatas kabinet di Kantor Presiden, kemarin. Rapat dihadiri Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution.

”Dengan rasa syukur, saya mengatakan, ekonomi kita dalam keadaan baik. Jauh lebih baik dibandingkan tahun 2008 dan tentu jauh lebih baik lagi dibandingkan ketika krisis datang di negeri ini pada tahun 1998 dan 1999,” ujar Presiden Yudhoyono saat menyampaikan pengantar rapat terbatas tersebut.

Darmin Nasution mengakui, saat ini berlangsung gejolak, tetapi gejolak itu tidak terjadi di semua area. ”IHSG sudah turun banyak, tetapi rupiah menguat dan menguatnya masih dapat diterima. Capital outflow (arus modal keluar) juga tak terjadi secara besar-besaran,” kata Darmin.

Rupiah kemarin sore ditutup menguat 5 poin menjadi Rp 8.533 per dollar AS.

Salah satu indikator ekonomi, yaitu pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II-2011, seperti diumumkan Badan Pusat Statistik, sebesar 6,5 persen. Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa menegaskan, selain fundamen yang lebih baik, Indonesia kini juga memiliki sistem antisipasi yang lebih bagus dalam menghadapi gejolak ekonomi global. ”Prosedur penanganan gejolak keuangan telah tersusun rapi dan memiliki tolok ukur yang sangat jelas,” kata Hatta, tanpa merinci.

Dampak tak langsung

Sebelum ditutup ke posisi 3.850,266 Senin sore, pada penutupan sesi pertama, IHSG sempat minus 5 persen atau anjlok 195 poin di posisi 3.725,78. Indeks Kompas100 ditutup turun 15,450 atau sekitar 1,73 persen menjadi 878,271 poin. Indeks LQ45 turun 11,347 poin atau 1,64 persen ke posisi 693,293 poin.

Ekonom dari Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia, Mirza Adityaswara, menilai wajar harga saham yang naik-turun. IHSG juga tak akan berpengaruh terhadap negara secara langsung. ”Tidak ada penjualan signifikan di pasar surat utang negara dan pembelian dollar AS tidak signifikan,” kata Mirza.

Hal tersebut dibuktikan dengan imbal hasil surat utang negara berjangka waktu 10 tahun, yang stabil pada 6,9 persen. Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS juga stabil. Dengan demikian, lanjut Mirza, investor tahu bahwa kondisi Indonesia berbeda dan jauh lebih bagus dibandingkan dengan kondisi Eropa dan Amerika Serikat.

Meski demikian, gejolak di AS belum selesai dan tetap berdampak ke pasar modal. ”Minggu ini akan berfluktuasi dengan kecenderungan kembali menguat. Perbankan dan infrastruktur adalah sektor yang menjadi pendorong penguatan. Sektor konsumer lebih diperhatikan juga dengan alasan menjelang Lebaran,” ujar Direktur Utama PT Finan Corpindo Nusa Edwin Sinaga.

Dalam kondisi pasar yang fluktuatif, menurut Edwin, investor hendaknya tidak panik, tetapi memilih saham-saham yang sudah terpangkas banyak.

”Perasaan campur aduk” investor di pasar wajar karena sejumlah sentimen negatif yang menimpa AS. Akibatnya, indeks bursa saham global berjatuhan sebagai dampak negatif dari penurunan peringkat utang AS dari AAA menjadi AA+ oleh lembaga pemeringkat Standard & Poor’s (S&P), Jumat pekan lalu.

Mantan Gubernur Bank Sentral AS Alan Greenspan menegaskan, penurunan peringkat utang AS memberikan dampak negatif untuk sementara dan diperlukan waktu untuk pulih.

Menteri Keuangan AS Timothy Geithner berang kepada S&P. Ia mengatakan, lembaga pemeringkat ini membuat keputusan berdasarkan kalkulasi akuntansi yang salah.

(BEN/WHY/ATO/REUTERS/AP/AFP/MON)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com