Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden Minta Limbah Batik Diperhatikan

Kompas.com - 28/09/2011, 13:02 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta agar pengembangan industri batik di Indonesia memperhatikan aspek lingkungan. Pasalnya, limbah dari industri batik merusak lingkungan.

"Saya ingin sampaikan untuk jadi kesadaran kita bahwa memang benar industri batik, karena limbah bahan pewarnanya bisa menimbulkan masalah lingkungan," kata Presiden saat memberikan sambutan dalam pembukaan World Batik Summit (WBS) 2011 di Jakarta Convention Center, Rabu (28/9/2011).

Presiden meminta segera dilakukan berbagai tindakan untuk mengatasi masalah itu. Presiden memberi contoh penjelasan yang dia terima ketika menghadiri berbagai pameran mengenai lingkungan.

"Saya dijelaskan, 'Pak SBY, ini zat pewarna yang ramah lingkungan, yang bisa diproduksi di negeri ini. Hutan kita kaya akan zat pewarna.' Saya mendorong lembaga riset untuk melakukan inovasi dari zat-zat pewarna batik ini agar bisa menjaga kelestarian lingkungan," kata dia.

"Karena itu mari kita lakukan tindakan yang tepat untuk mencegah dan mengatasi. Saya harap Yayasan Batik Indonesia, pemerintah dan semua pihak melakukan pendidikan, pembinaan, dan pengawasan yang baik atas pengelolaan limbah," tambah Presiden.

Seperti diberitakan, kalangan aktivis lingkungan di berbagai daerah kerap mengkritik para pengusaha industri batik yang tidak mempedulikan lingkungan. Para pengusaha yang ingin menekan biaya produksi, membuang langsung limbah ke sungai tanpa melewati pengelolaan limbah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com