Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Industri yang Semakin Matang

Kompas.com - 18/10/2011, 02:35 WIB

Wajah industri asuransi kerugian atau asuransi umum saat ini sudah jauh berubah dibandingkan lima tahun lalu. Industri ini kian matang saja sehingga wajar akhirnya mampu mencatat pertumbuhan signifikan dalam tiga tahun terakhir.

Kematangan yang paling terlihat saat ini adalah bagaimana perusahaan-perusahaan asuransi umum saling berkompetisi.

Lima tahun lalu, perang tarif yang hebat pernah melanda industri asuransi kerugian. Kala itu asuransi jorjoran menawarkan premi murah yang sudah tidak rasional. Dengan premi yang sedemikian rendahnya, perusahaan asuransi bersangkutan dipastikan tidak bisa membayar saat terjadi klaim. Artinya, dari awal asuransi sudah tidak bertanggung jawab karena menarik premi dengan asumsi tidak akan terjadi klaim.

Keadaan ini, dalam jangka pendek, tampak menguntungkan konsumen tertanggung. Namun, dalam jangka menengah dan panjang, perusahaan penanggung menghadapi situasi tidak mencukupinya dana-dana premi untuk mengatasi klaim-klaim industrial yang terjadi, dan akhirnya konsumen tertanggung yang harus menerima kenyataan proses penyelesaian klaim-klaim yang berlarut dan perselisihan dalam ganti rugi. Alih-alih ingin meningkatkan pertumbuhan, yang terjadi malah pasar semakin menciut karena terkikisnya kepercayaan.

Dampaknya, pertumbuhan premi asuransi kerugian saat itu stagnan.

Nah, saat ini, perang tarif sudah tidak dikenal dalam kamus kompetisi industri asuransi kerugian. Yang terjadi adalah kompetisi sebenarnya, yakni pada pelayanan. Dengan tarif premi yang nyaris seragam satu sama lain, perusahaan asuransi kini berlomba membuat perbedaan pada layanan, mulai dari kemudahan pembayaran klaim sampai pemberian manfaat bagi nasabah jika tidak terjadi klaim.

”Persaingan pelayanan di industri asuransi kerugian memang cukup ketat. Ini positif karena mendorong asuransi menawarkan produk dan jasa yang semakin menarik bagi nasabah,” kata Presiden Direktur Adira Insurance Willy Suwandi Dharma.

Situasi yang kondusif ini berdampak terhadap membaiknya kinerja asuransi kerugian dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2010, misalnya, industri asuransi kerugian mencatat pertumbuhan premi sebesar 28 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Adapun hingga semester I-2011, realisasi pendapatan premi oleh industri asuransi umum mencapai Rp 17,16 triliun atau naik 16,3 persen dibandingkan tahun lalu yang sebesar Rp 14,75 triliun.

Berdasarkan data Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), pertumbuhan tersebut terutama didorong oleh kenaikan pendapatan premi yang diperoleh oleh lini usaha kendaraan bermotor, surety bond, dan kecelakaan pribadi atau personal accident (PA) dan kesehatan (health).

Pertumbuhan premi tertinggi dicatat oleh surety bond yang melonjak 72,3 persen dari Rp 1,12 triliun pada semester I-2010 menjadi Rp 1,93 triliun pada semester I-2011.

Pendapatan premi dari lini usaha kendaraan bermotor mencapai Rp 4,67 triliun, atau 27,21 persen dari total premi industri. Lini usaha ini tumbuh 13,1 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang senilai Rp 4,13 triliun.

Adapun lini usaha kecelakaan pribadi dan kesehatan mencatat perolehan premi sebesar Rp 1,78 triliun, tumbuh 45,4 persen dari tahun lalu.

Willy memperkirakan, tahun ini, pendapatan premi asuransi kerugian bisa tumbuh 20 persen dibandingkan tahun lalu. Menurut Willy, prospek asuransi kendaraan bermotor tahun ini sangat bagus mengingat penjualan mobil tahun ini bisa mencapai 850.000 unit, sementara sepeda motor mencapai 8 juta unit.

Ketua Asosiasi Asuransi Umum Indonesia Kornelius Simandjuntak memperkirakan pertumbuhan industri tahun ini lebih baik dibandingkan tahun lalu. Hal ini tidak terlepas dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang juga kian baik.

Prospek yang semakin cerah di industri asuransi kerugian jelas menarik minat para investor masuk ke industri ini.

Sebut saja Bank Mandiri dan AXA SA yang berpatungan membeli perusahaan asuransi kerugian, yang rencananya akan diluncurkan pada akhir Oktober 2011.

Pada perusahaan patungan ini, Bank Mandiri akan menjadi pemegang saham pengendali dengan porsi kepemilikan sebesar 60 persen. Adapun AXA memiliki porsi kepemilikan sebesar 40 persen. Perusahaan patungan ini menargetkan pertumbuhan yang signifikan di segmen ritel, mikro, syariah, dan small business.

CEO Country AXA Indonesia Randy Lianggara menjelaskan sejumlah alasan mengapa AXA akhirnya masuk ke industri asuransi kerugian di Indonesia.

Menurut dia, sejak masuk ke Indonesia, AXA yang berkantor pusat di Paris, Perancis, memang berencana menggarap baik asuransi jiwa maupun asuransi kerugian. Apalagi secara global, di segmen asuransi jiwa, AXA merupakan terbesar di dunia, sementara di segmen asuransi kerugian termasuk ketiga terbesar.

Dalam realisasinya, AXA terlebih dahulu masuk ke Indonesia melalui asuransi jiwa dan kemudian barulah saat ini memperluas pasar ke asuransi kerugian.

Ketertarikan AXA, menurut Randy, adalah pangsa pasar asuransi kerugian yang amat besar di Indonesia. Sebagai gambaran, rasio premi asuransi umum dibandingkan produk domestik bruto (PDB) Indonesia saat ini hanya sebesar 0,55 persen.

Selain itu, Randy juga melihat ekonomi Indonesia terus tumbuh berkesinambungan. Salah satunya terlihat dari angka penjualan kendaraan bermotor yang pesat terutama di kota-kota besar. Kesadaran masyarakat untuk berasuransi pun terus meningkat, salah satunya dari maraknya masyarakat membeli asuransi kesehatan.

”Pemegang saham berkomitmen untuk membesarkan perusahaan hasil kerja sama. Mandiri akan mengoptimalkan pasar dan jaringan, sementara AXA akan mengoptimalkan keahliannya di teknis asuransi,” kata Randy.

Kerja sama kedua perusahaan sebelumnya sudah terjalin saat mereka berpatungan membentuk asuransi jiwa AXA Mandiri. Perusahaan ini melakukan banyak langkah terobosan, seperti mengembangkan secara intensif jalur pemasaran telemarketing dan kemudahan pembayaran klaim, yang pada akhirnya membuatnya tumbuh relatif cepat.

Strategi dan model yang telah diterapkan pada asuransi jiwanya itu akan dicoba diimplementasikan pula pada asuransi kerugian. (m FAJar marta)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com