Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Direksi BUMN Diminta Jangan Cengeng

Kompas.com - 22/12/2011, 16:53 WIB
Evy Rachmawati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan mengingatkan agar jajaran direksi BUMN tidak cengeng dan terus meminta petunjuk. Oleh karena, pemerintah telah melimpahkan 18 kewenangan pemerintah kepada korporasi.  

"Banyak yang bilang menteri tidak mau tanggung jawab, lepas tangan. Tetapi kalau tidak dikasih kewenangan, dibilang dikekang," kata Dahlan Iskan dalam seminar mengenai pengelolaan minyak dan gas bumi nasional, Kamis (22/12/2011), di Kantor PT Pertamina, Jakarta.  

Dewan komisaris BUMN tidak boleh memberi persetujuan yang isinya banci dan banyak catatannya. Jadi dewan komisaris korporasi harus memutuskan setuju atau tidak setuju.

Jika memang ragu-ragu, dewan komisaris diminta tidak menyetujui usulan direksi dengan cepat dan tidak menggantung keputusan. Selanjutnya, direksi diberi kesempatan untuk berdialog dengan Menteri ESDM untuk memperoleh keputusan terbaik.  

Selain itu direksi korporasi tidak boleh terlalu sering laporan. Oleh karena perkembangan perusahaan sudah merupakan urusan korporasi. "Saya mendukung dengan menciptakan iklimnya, korporasi tidak boleh seperti instansi. Iklim akan kita ciptakan, termasuk mengurangi intervensi," ujarnya menegaskan.  

Pemerintah, melalui Kementerian BUMN, juga diminta hanya memanggil direktur utama BUMN agar tidak menimbulkan perpecahan atau konflik internal manajemen perusahaan negara.

Selama ini ada anggapan perusahaan negara banyak mendapat intervensi politik, tetapi ternyata intervensi itu justru berasal dari dalam perusahaan. "Jadi saya akan catat, direktur-direktur yang suka intervensi akan saya ganti," kata dia. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Djagad Prakasa Dwialam Ditunjuk Jadi Dirut Kimia Farma

Djagad Prakasa Dwialam Ditunjuk Jadi Dirut Kimia Farma

Whats New
S&P 500 dan Nasdaq 'Rebound' Ditopang Kenaikan Harga Saham Nvidia

S&P 500 dan Nasdaq "Rebound" Ditopang Kenaikan Harga Saham Nvidia

Whats New
Home Credit Indonesia Hadir di Jakarta Fair 2024, Simak Penawarannya

Home Credit Indonesia Hadir di Jakarta Fair 2024, Simak Penawarannya

Spend Smart
Sri Mulyani-Tim Prabowo Suntik Kepercayaan Pasar, Rupiah Tak Lagi Terkapar

Sri Mulyani-Tim Prabowo Suntik Kepercayaan Pasar, Rupiah Tak Lagi Terkapar

Whats New
Kembangakan Energi Hijau, TAPG dan Aisin Takaoka Bentuk Joint Venture Company

Kembangakan Energi Hijau, TAPG dan Aisin Takaoka Bentuk Joint Venture Company

Whats New
Saham Airbus Sempat Menukik Hampir 12 Persen, Apa Sebabnya?

Saham Airbus Sempat Menukik Hampir 12 Persen, Apa Sebabnya?

Whats New
Minat Masyarakat Belanja di Toko dengan 'Paylater' Tumbuh Pesat

Minat Masyarakat Belanja di Toko dengan "Paylater" Tumbuh Pesat

Whats New
'Fintech Lending' Easycash Tunjuk Nucky Poedjiardjo Jadi Dirut

"Fintech Lending" Easycash Tunjuk Nucky Poedjiardjo Jadi Dirut

Whats New
Fenomena 'Makan Tabungan' Terjadi di Kelas Menengah Bawah, Ini Penyebabnya

Fenomena "Makan Tabungan" Terjadi di Kelas Menengah Bawah, Ini Penyebabnya

Whats New
Kemenperin: Hilirisasi Rumput Laut Punya Potensi Pasar Rp 193 Triliun

Kemenperin: Hilirisasi Rumput Laut Punya Potensi Pasar Rp 193 Triliun

Whats New
Hadapi Kredit Macet, OJK Minta Penyelenggara 'Paylater' Perkuat Mitigasi Risiko

Hadapi Kredit Macet, OJK Minta Penyelenggara "Paylater" Perkuat Mitigasi Risiko

Whats New
PT Pamapersada Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1 Berpengalaman, Simak Persyaratannya

PT Pamapersada Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1 Berpengalaman, Simak Persyaratannya

Work Smart
Beban Besar Prabowo-Gibran Menanggung Utang Pemerintahan Sebelumnya

Beban Besar Prabowo-Gibran Menanggung Utang Pemerintahan Sebelumnya

Whats New
Jurus Sri Mulyani Tolak Tawaran Investasi Berkedok Penipuan

Jurus Sri Mulyani Tolak Tawaran Investasi Berkedok Penipuan

Whats New
Hasil Riset: Pengguna 'Pay Later' Didominasi Laki-laki

Hasil Riset: Pengguna "Pay Later" Didominasi Laki-laki

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com