Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Petani Lada Mencoba Beralih ke Kelapa Sawit

Kompas.com - 18/02/2012, 03:08 WIB

Kaur, Kompas - Karena tanaman lada terus-menerus diserang virus busuk pangkal batang, para petani di Kabupaten Kaur, Provinsi Bengkulu, mencoba mengganti tanaman mereka dengan kelapa sawit dan karet.

Kepala Seksi Budidaya Perkebunan Dinas Kehutanan, Perkebunan, Energi, dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Kaur Edi Santoso, Jumat (17/2), mengatakan, di Kaur dalam 20 tahun terakhir tanaman lada dan tanaman dadap sebagai media rambatnya terserang virus busuk pangkal batang.

Serangan penyakit tersebut menyebabkan luas areal tanaman lada di Kabupaten Kaur menyusut. Tahun 2010 ke 2011, saja, areal lada menyusut hingga mencapai lebih dari 1.000 hektar. Pada tahun 2010 areal tanam lada yang masih 2.715 hektar telah berkurang menjadi 1.284 hektar di triwulan I-2011. Angka ini diperkirakan terus menyusut hingga akhir 2011.

Padahal pada abad XVI-XVII lada atau yang dalam bahasa setempat sahang ini pernah menjadi komoditas perkebunan primadona dari Bengkulu yang diperdagangkan di Eropa. Lada berkualitas tinggi ini pula yang membuat Inggris masuk ke Bengkulu dan memonopoli perdagangannya hingga abad XIX.

Kini, petani justru lebih berminat menanam kelapa sawit atau karet daripada lada. ”Permintaan bantuan bibit sawit dan karet dari petani kepada kami banyak sekali. Setiap kali proposal dari petani masuk, mereka meminta bantuan bibit kelapa sawit atau karet. Lada sudah tidak menjadi tanaman utama di kebun-kebun petani,” ujar Edi.

Petani dari Desa Tanjung Beringin, Kecamatan Maje, Edison (34), mengatakan, hingga kini ia belum berani lagi menanam lada. Ia khawatir apabila memaksakan menanam tanaman lada akan habis karena ganasnya hama penyakit yang menyerang batang rambat lada.

Kebun lada seluas 6 hektar yang telah menjadi sumber penghasilan keluarga Edison selama berpuluh-puluh tahun pun sekarang ditanami kelapa sawit.

Penyuluh perkebunan Kecamatan Maje, Sukyandi, mengaku kewalahan menghadapi pertanyaan petani terkait penyakit yang menyerang tanaman lada. Sampel tanamanyang mati sudah dikirim ke pusat, tetapi sampai sekarang belum juga ada solusi untuk mengatasi penyakit tanaman itu. (ADH)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Whats New
Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Whats New
Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com